Radio Rodja 756AM

Minggu, 09 Februari 2014

BOARDING SCHOOL ATAU PESANTREN BUKAN UNTUK MENCETAK 'MALAIKAT'











:: BOARDING SCHOOL ATAU PESANTREN BUKAN UNTUK MENCETAK 'MALAIKAT' ::

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan

Bismillah,
Wahai Saudaraku.
Sehebat apapun sebuah lembaga pendidikan ,
Sehebat apapun seorang guru dilembaga pendidikan tersebut,
Tidak akan menjamin peserta didik akan lurus akhlaqnya, lurus agamanya laksana 'Malaikat'.

Terkadang kita beranggapan ketika kita menyekolahkan anak kita dengan biaya yang mahal, atau menyekolahkan ditempat 'isolasi penjara suci' alias sekolah Boarding atau pesantren menjadikan dalam pikiran kita bahwa "Anak kita mesti shalih", "anak kita mesti baik" pokoknya "TITIK...!!! TANPA KOMA".

Inilah yang menjadi problem dalam dunia pendidika islam saat ini, memang betul lembaga pendidikan Islam adalah sebagai wasilah guna mencetak anak kita menjadi baik, menjadi shalih, menjadi ta'at dalam agama, akan tetapi akankah hanya dibebankan pada penyelenggara lembaga pendidikan tersebut..?
ketika kita masukan anak kita dipesantren apakah orang tua melepas tangan begitu saja dan menitik beratkan pada lembaga pendidikan..?

Tentu tidak wahai saudaraku,
Semahal apapun sekolah anak kita misalkan uang 100 juta /perbulan tidak menjamin keshalihan itu hadir, tidak menjamin kebaikan itu didapat, tanpa ada korelasi antara pendidikan sekolah dengan pendidikan dirumah.

saya berikan contoh sederhana seorang santri yang ia ketika di boarding ataupun pesantren dalam lingkungannya ia hafalannya terjaga, shalatnya pun terjaga berjama'ah dan tak lupa juga shalat sunnahnya ia lakukan, namun disaat liburan tiba sang santri dengan segala kelabilannya dalam suasana rumah diantara orang tua mendiamkan sang anak untuk larut bermain game, untuk larut dalam dunia maya, atau diantara orang tua malah mengajakan anaknya ke luar negeri [Australia, Amerika, jepang dll] hanya sekedar senang-senang saja tanpa tujuan pendidikan.

Mereka memanfaatkan liburan semester dengan anaknya dalam ucapan "MUMPUNG MASIH LIBURAN", maka dengan segala kelalaian yang diberikan oleh orang tua tanpa sadar orang tua ini telah merusak suatu program yang telah dilakukan anaknya ketika dilingkungan pesantren ia shalat tepat waktu berjama'ah, hafalan dijaga, namun jika demikian adanya maka ketika sisantri ini masuk sekolah kembali yang keteter adalah lembaga pendidikan itu sendiri, lembaga pendidikan memulai dari 'NOL' lagi lantaran hafalannya pun rusak, belum lagi sifat malasnya hadir kembali karena dibuai dengan segala fasilitas disaat liburan. maka dari itu bisakah pendidikan mencetak 'malaikat' akan tercapai..?

contoh sederhana lagi, sisantri ini sangat rajin shalat berjama'ah ketika dilingkungan sekolah/pesantren, ketika anak ini liburan sekolah tentu sang anak mengajak ayahnya untuk shalat berjama'ah dimasjid namun sang ayah beralasan terus, nashihat kedua dilakukan, nashihat ketiga dilakukan sampai pada titik nadir sang anak Frustasi menashihati ayahnya untuk shalat berjama'ah dimasjid alhasil sang anak dengan segala kelabilannya terpancing untuk tidak shalat berjama'ah lagi dimasjid, selama Liburan sang santri yang membawa bekal dari ma'had dengan semangat ibadah namun disaat dirumah tidak didukung dengan orang tua maka yang terjadi adalah frustasi sang santri, al hasil lagi-lagi lembaga pendidikanlah yang terbebani..!!

maka dari itu peran orang tua sangatlah penting meskipun sang anak ditempatkan di pesantren / boarding school istilah 'bekennya', orang tua tetap berperan mendukung pendidikan anak.

Berbicara pendidikan dengan segala problema yang ada, jangankan sebuah lembaga pendidikan yang notebennya ruang lingkup kecil, kecil finansialnya, kecil SDMnya, jangan kan sebuah lembaga pendidikan, berbicara skala pemerintahan kita Indonesia, yang tentu Profesor dan Doktor dengan segala ahli akademisi, dengan kekuatan finansialnya serta lainnya yang namannya problema pendidikan belum ada titik temunya, saya ambil contoh UJIAN NASIONAL, anda bisa bayangkan yang mengajar adalah kita, yang tahu mana murid berprestasi dan tidak adalah kita, selama tiga tahun mendidik adalah kita, lah koq tiba-tiba yang nguji orang lain, yang beri soal ujian orang lain maka ini suatu problema yang belum ada titik temunya.

Oleh karena itu berbicara pendidikan adalah berbicara proses, dimana proses untuk memanusiakan manusia, dan setiap proses tidak mesti sama hasilnya, suatu proses itu update hasilnya seseorang yang dahulu bodoh bisa saja hari ini menjadi pintar begitupun sebaliknya seorang yang dahulunya pintar belum tentu saat ini tetap pintar. inilah suatu proses. maka peran orang tua maupun lembaga pendidikan harus terus berkorelasi tidak tumpang tindih satu sama lain, keduanya harus sama-sama mendukung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

QAULAN-SADIDA.BLOGSPOT.COM

SEKOLAH YUUK..!!