Kamis, 13 Februari 2014
AGAMA PERASAAN
:: AGAMA BUKAN BERDASARKAN PERASAAN ::
Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan
Saudaraku,
Setiap orang tentu memiliki nurani atau sensitifitas dalam kata lain adalah perasaan, tidak selamanya perasaan itu identik dengan wanita melainkan dimiliki ooleh kedua insan laki-laki ataupun wanita.
Dalam berdakwah tentu kita tidak ingin tergelincir dalam lisan namun apa daya kita sebagai manusia senantiasa dalam selimut kesalahan, senantiasa dibaluti kekhilafan, oleh sebab itu kita senantiasa wajib beristighfar karena terlalu banyak dosa demi dosa yang kita telah lakukan, inilah dzikir yang kita butuhkan, dzikir yang lebih baik dari pada tasbih, istigfar lebih utama dibandingkan tasbih, sebagaimana Imam Ibnul Jauzi ditanya oleh jama'ahnya :
"Apakah sebaiknya aku lebih banyak bertasbih ataukah beristighfar?"
al Imam menjawab :
"Baju kotor itu lebih butuh sabun daripada parfum!"
Lihatlah saudaraku,
al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjawab apa..?
""Baju kotor itu lebih butuh sabun daripada parfum!"
Kita ini adalah baju kotornya, manusia senantiasa terselimuti oleh dosa, maka sadar dirilah kita bahwa baju kotor tentu sangat membutuhkan sabun dibandingkan sebuah parfum, maka kita wajib beristighfar setiap saat agar tercuci dan terus tercuci meskipun istighfarnya kita tentu tak sebanding dengan dosa yang kita perbuat, dan kita hanya mengharapkan rahmatNya Allah 'azza wa jalla.
Saudaraku,
Agama bukan berasaskan perasaan melainkan berdasarkan dalil, berdasarkan ilmiyyah atu tidaknya Ingatkan kita sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al iMAM Muslim rahimahullah :
Bawa ketika itu Nabi memerintahkan dalam majelisnya agar semua shahabat bertanya bebas sebebas-bebasnya pada saat itu saja , dimana beliau bersabda " aku membenci orang yang banyak bertanya karena kaum israil selalu banyak bertanya kepada Nabinya dan itu membinasakan, namun saat ini aku berikan kesempatan untuk hari ini saja silahkan bertanya sebebas-bebasnya, ..!!"
yang dimaksud banyak bertanya disini adalah yang pertanyaan yang tidak bermanfaat dan inilah yang Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam .
Maka Ada shahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
“Di manakah bapakku?”
Lihat seorang shahabat Nabi bertanya :dimanakah bapaku..?" sebuah pertanyaan yang tentu akan menyakitkan dia sendiri sebab ayahnya wafat dalam kejahiliyahan, sudah tahu wafat dalam kejahiliyahan dia menanyakan dimanakah bapaku..?
maka Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata : "di Neraka"
lihat... sudah maklum memang yang namanya anak, seorang anak meskipun memiliki ayah atau orang tua yang sejelek apapun dari segala lini termasuk jelek agamanya, tabiat seorang manusia tentu tak ingin kalau orang tuanya dihinakan, takj ingin orang tua di jelekin oleh orang lain, maka apa yang terjadi..?
shahabat yang bertanya ini menangis tersedu-sedu , lalu shahabat lain berkata kepada rasulullah "Yaa Rasulullah orang yang bertanya tadi sedang menagis tersedu-sedu lantaran bapaknya berada dineraka."
Lalu Rasulullah memerintahkan agar orang itu mendatangi nya dengan menyuruh shahabat untuk membawa orang itu kehadapan Rasulullah, lalu Rasulullah shalallahu alaihi was sallam berkata kepada orang itu :
“Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di neraka.” [HR MUSLIM]
Beliau memastikan
“Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di neraka.”
nah dari sini beragama mau main perasaan atau mau main dalil..?
kalau menuruti perasaan maka tentu Nabi pun ingin Bapaknya masuk surga sebagaimana shahabat yang bertanya itu yang sedih bapaknya dineraka, maka jika beragama mengikuti perasaan maka akan hancur lantaran banyak yang KKN dalam agama, agamanya semaunya sendiri, sehingga pondasi islam berdasarkan apa kata orang, apa kata kata sesepuh.
wallahu'alampan id="fullpost">
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar