Radio Rodja 756AM

Jumat, 16 Agustus 2013

UNTUKMU RAKYAT MESIR




AIR MATA MANA YANG TIDAK MENGALIR...
( BAGIMU NEGERI MESIR )
=======

Hati mana yang tega melihat saudara-saudara kita dibantai laksana hewan..
Mata mana yang tidak berlinang melihat pertumpahan darah yang terpelihara..
Telinga mana yang tidak mendengar ketika keluhan serta tangisan darah membutuhkan pertolongan...

Hidup dizaman Fitnah..
Sikap Yang Haq dipandang Bathil, dan kebathilan sering kali dijadikan kebenaran,
Siapa bilang hati ini tak merasa sakit sebagaimana sakitnya mereka yang tertembak..
Siapa bilang pendengaran ini tiada mendengar jeritan dan tangisan mereka..
Mereka adalah kaum muslimin, mustahil laksana satu tubuh tidak merasakan sakitnya kiranya bagian tubuhnya terluka...

Namun Tidak bertindak secara fisik bukan berarti tidak cinta, tidak berdemo bukan berarti tidak peduli...!!

Hanya Do'a bagimu Saudaraku Rakyat Mesir..
Semoga Allah meneguhkan kalian diatas kebenaran, dan ketahuilah zaman ini zaman fitnah, mengasingkan diri, berlepas diri dari fitnah itu lebih baik bagi umat muslim. para ulama mengingatkan untuk berdiamlah dirumah-rumah kalian untuk beribadah kepada Allah ini lebih baik daripada ikut dan bergabung dari fitnah berbuah penumpahan darah.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Akan datang fitnah-fitnah, orang yang duduk darinya lebih baik dibanding orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri darinya lebih baik dibanding orang yang berjalan. Dan orang yang berjalan darinya lebih baik dibanding orang yang berlari barangsiapa mengikuti atau menginginkannya [maka] fitnah akan membinasakannya”.[HR.BUKHARI MUSLIM]

Asingkan diri kita dari segala fitnah, berdiam diri dirumah, hingga ke lembah-lembah sekalipun engkau menggigit batang pohon.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

"'Uzlahlah ( jauhilah) kelompok-kelompok itu semuanya, sekalipun engkau menggigit batang pohon sampai kematian datang menjemputmu sedang engkau dalam kondisi seperti itu. [HR. BUKHARI MUSLIM]

al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul baari 13/37 dari ath-Thabari bahwa ia berkata: 'Apabila manusia tidak mempunyai pemimpin (imam), orang-orang terpecah belah menjadi beberapa kelompok, maka ia jangan mengikuti salah satu kelompok, dan ia menjauhkan diri dari semua jika ia mampu melakukan hal itu karena khawatir terjerumus dalam keburukan/kejahatan.

Lepas dari fitnah, kejahatan tentu tidak muncul.

Minggu, 11 Agustus 2013

MENITI ILMU DIATAS MANHAJ SALAF


MENITI ILMU DIATAS MANHAJ SALAF

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA


Manhaj Salaf,[1] merupakan satu-satunya metode pemahaman dan pengamalan agama Islam yang dijamin kebenarannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Oleh karena itu, jaminan mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla hanya diberikan kepada para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka dengan ihsan (kebaikan). Dinyatakan dalam firman Allah Azza wa Jalla :

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar (para sahabat Radhiyallahu anhum) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [at-Taubah/9:100].

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla menyebutkan jaminan keridhaan-Nya bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk para sahabat Radhiyallahu anhum, dengan syarat mereka mengikutinya dengan ihsan (kebaikan). Artinya, yaitu mengikuti petunjuk mereka secara keseluruhan dalam memahami dan mengamalkan agama ini, baik dalam aqidah (keyakinan), ibadah, tingkah laku, bergaul, bersikap, berdakwah, dan semua sisi lainnya dalam beragama. Ringkasnya, mengikuti petunjuk para sahabat Radhiyallahu anhum dalam mengilmui (memahami) dan mengamalkan agama ini secara menyeluruh.

Tentang penafsiran ayat di atas, Imam Ibnu Katsir berkata: “Orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, ialah orang-orang yang mengikuti jejak (petunjuk) mereka yang baik, dan sifat-sifat mereka yang terpuji, serta selalu mendoakan kebaikan bagi mereka secara diam-diam maupun terang-terangan”.[2]

MANHAJ SALAF: MANHAJ ILMU DAN AMAL
Inilah salah satu keistimewaan terbesar yang terdapat pada manhaj salaf. Manhaj ini dibangun di atas ilmu (pemahaman) agama yang benar, dan pengamalan yang baik. Seseorang yang benar-benar mengikuti manhaj ini, ia akan terbimbing dalam pemahaman agamanya, sehingga akan terhindar dari segala bentuk syubhat,[3] sekaligus terbimbing dalam pengamalan ilmu tersebut sehingga terhindar dari segala bentuk syahwat (hawa nafsu, Red.).[4]

Dengan keistimewaan ini pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi pensifatan terhadap petunjuk yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya:

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ

Kawanmu (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak sesat (dalam ilmu) dan tidak pula menyimpang (dalam amal). [an-Najm/53:2].

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensucikan petunjuk yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dua kerusakan. Yaitu: adh-dhalâl (kesesatan),[5] dan al-ghawâyah/al-ghayy (penyimpangan).[6] Ini berarti, tedapat dua bimbingan sekaligus. Yaitu al-huda (bimbingan dalam ilmu dan pemahaman) dan ar-rusyd (bimbingan dalam amal). Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah seorang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan agama ini.[7]

Demikian pula dua bimbingan ini ada pada petunjuk yang dibawa al-khulafa` ar-râsyidîn (para sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah setelah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam). Disebutkan dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah (petunjuk)ku dan petunjuk al-khulafa’ ar-râsyidîn al-mahdiyyin …”.[8]

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut para sahabat utama yang menggantikan kepemimpinan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai al-khulafa’ ar-râsyidîn al-mahdiyyin. Artinya para khalifah yang memiliki ar-rusyd, yaitu bimbingan dalam amal (lawan dari al-ghawâyah); dan memiliki al-huda, yaitu bimbingan dalam ilmu dan pemahaman (lawan dari adh-dhalâl). Ini menunjukkan, seseorang yang benar-benar mengikuti petunjuk al-khulafa’ ar-râsyidîn dan termasuk pula para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara keseluruhan, maka orang itu akan terbimbing dengan baik dalam memahami dan mengamalkan agama Islam ini.

Kita mengetahui, para ulama Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dari kalangan at-Tabi’in yang menimba ilmu secara langsung dari para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka tidak hanya mempelajari secara teori belaka, akan tetapi juga mempelajari cara mengamalkan dan mempraktekkan ilmu tersebut.

Abu 'Abdirrahmân 'Abdullah bin Habib bin Rubayyi’ah as-Sulami al-Kuufi[9] berkata: “Kami mempelajari Al-Qur`ân dari suatu kaum (para sahabat Radhiyallahu anhum) yang menyampaikan kepada kami, bahwa dulunya, ketika mereka mempelajari sepuluh ayat (Al-Qur`ân dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), mereka tidak akan berpindah ke sepuluh ayat berikutnya sampai mereka (benar-benar) memahami kandungan ayat-ayat tersebut. Maka kamipun mempelajari Al-Qur`ân sekaligus cara mengamalkannya. Dan setelah kami nanti, akan datang suatu kaum yang mereka mempelajari Al-Qur`an seperti meminum air, yaitu Al-Qur`ân itu tidak melampui tenggorokan mereka (maksudnya, tidak masuk ke dalam hati mereka)”[10].

PARA ULAMA SALAF, MEREKA MERUPAKAN IMAM DALAM ILMU DAN AMAL
Jika mencermati dengan seksama biografi para imam besar Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, kita akan mengetahui, mereka tidak hanya disifati sebagai orang-orang yang mendalam ilmu agamanya saja, akan tetapi, mereka juga orang-orang yang menjadi teladan dalam ibadah dan amal shalih.

Misalnya Rabî’ bin Khutsaim al-Kûfi (wafat tahun 65 H),[11] ia merupakan salah seorang imam besar dari kalangan Tabi’in ‘senior’ yang terpercaya dalam meriwayatkan hadits. Dia termasuk murid sahabat yang mulia 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu. Lantaran ketekunannya dalam ibadah dan ketakwaan, sehingga guru beliau sendiri -Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu - memujinya dengan mengatakan: “Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatmu, maka sungguh beliau akan mencintaimu. Setiap kali melihatmu, aku mengingat orang-orang yang selalu menundukkan diri (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).”[12]

Muhammad bin Sirin al-Bashri (wafat tahun 110 H),[13] ia seorang imam besar Tabi’in yang sangat terpercaya dan teliti dalam meriwayatkan hadits. Di dalam biografinya diterangkan, beliau ialah seorang yang sangat wara` (hati-hati dalam masalah halal dan haram) dan seorang yang tekun beribadah. Abu ‘Awânah al-Yasykuri mengomentari tentang beliau: “Aku melihat Muhammad bin Sirin di pasar; tidak seorangpun melihatnya, kecuali orang itu akan mengingat Allah”.[14]

Tsabit bin Aslam al-Bunâni al-Bashri (wafat tahun 123 H atau 127 H),[15] ia juga seorang imam besar dari kalangan Tabi’in yang terpercaya dalam meriwayatkan hadits. Dia termasuk murid senior sahabat yang mulia, Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu. Tsabit bin Aslam sangat tekun beribadah, bahkan ia disifati sebagai orang yang paling tekun beribadah pada masanya, sehingga Anas bin Malik Radhiyallahu anhu memujinya dengan mengatakan: “Sesungguhnya, Tsabit termasuk pembuka pintu-pintu kebaikan”.[16]

Dalam memujinya, Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengisyaratkan kepada hadits yang diriwayatkannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya di antara manusia ada pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan”.[17]

'Abdullah bin al-Mubarak al-Marwazi (wafat tahun 181 H),[18] ia seorang imam besar ternama dari kalangan Atba’ut Tabi’in (murid para Tabi’in) yang sangat terpercaya dan teliti dalam meriwayatkan hadits. Pensifatan terhadapnya, ialah sebagai orang yang pada diri beliau terkumpul semua sifat-sifat kebaikan; sampai-sampai Imam Sufyan bin ‘Uyainah memujinya dengan mengatakan: “Aku memperhatikan (membandingkan) sifat-sifat para sahabat Radhiyallahu anhum dengan sifat-sifat 'Abdullah bin al-Mubarak, maka aku tidak melihat para sahabat Radhiyallahu anhum melebihi keutamaannya, kecuali karena para sahabat Radhiyallahu anhum menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berjihad bersamanya".[19]

Begitu pula dengan Ibnu Hajar dalam Taqrîbut-Tahdzîb (hlm. 271), ia berkata: “Dia ('Abdullah bin al-Mubarak, Red.) adalah seorang yang terpercaya lagi sangat teliti (dalam meriwayatkan hadits), memiliki ilmu dan pemahaman (yang mendalam), dermawan lagi (sering) berjihad (di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala). Pada dirinya terkumpul (semua) sifat-sifat baik”.

Sehubungan dengan pembahasan di atas, ada satu nukilan menarik yang disebutkan oleh al-Khathib al-Baghdaadi dalam kitab beliau, Tarikh Baghdad (9/58), dan adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lâmin Nubalâ` (13/203), dalam biografi imam besar penghafal hadits yang ternama, yaitu Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani (wafat tahun 275 H), pemilik kitab Sunan Abi Dawud.

Dalam nukilan itu disebutkan mata rantai guru-guru beliau dalam mempelajari ilmu hadits sehingga diketahui sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ialah Imam Ahmad bin Hambal, beliau guru utama Imam Abu Dawud; kemudian Waqi’ bin al-Jarrah ar-Ruaasi, beliau termasuk guru utama Imam Ahmad; lalu Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri, beliau merupakan guru utama Imam Waqi’ bin al-Jarrah; selanjutnya Manshur bin al-Mu’tamir, beliau termasuk guru utama Sufyan ats-Tsauri, selanjutnya Ibrahim bin Yazid an-Nakhâ`i, ialah termasuk guru utama Manshur bin al-Mu’tamir; kemudian ‘Alqamah bin Qais an-Nakhaa`i, beliau merupakan guru utama Ibrahim an-Nakhâ`i dan termasuk murid "senior' sahabat yang mulia 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu. Selanjutnya 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, beliaulah yang langsung menimba ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Mereka ini, semua merupakan imam-imam besar Ahlul-Hadits yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga hadits-hadits mereka dicantumkan dalam kitab-kitab hadits ternama, seperti Shahîh al-Bukhâri, Shahîh Muslim, dan lain-lain.

Yang menarik dari nukilan itu, bahwasanya semua imam-imam besar tersebut disifati sebagai “orang yang diserupakan dengan gurunya dalam petunjuk dan tingkah lakunya”; mulai dari Sahabat 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, beliau diserupakan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam petunjuk dan tingkah lakunya, kemudian ‘Alqamah diserupakan dengan 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dalam petunjuk dan tingkah lakunya, seterusnya sampai kepada Imam Abu Dawud, beliau diserupakan dengan Imam Ahmad bin Hambal dalam petunjuk dan tingkah lakunya.

Dalam nukilan tersebut, kita mendapati para ulama Ahlus Sunnah dalam menimba ilmu agama tidak hanya mengutamakan pengambilan ilmu secara teori belaka, akan tetapi juga mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku guru-guru mereka secara maksimal, sehingga Imam Abu Dawud dapat mengambil dan meneladani petunjuk dan tingkah laku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui teladan yang diambil dari guru-guru beliau, padahal rentang masa antara beliau dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat jauh.

NASIHAT UNTUK PARA PENGIKUT MANHAJ SALAF
Dari keterangan di atas sangat jelaslah, di antara keistimewaan terbesar yang ada pada manhaj salaf, yaitu perhatian dan kesemangatan mereka dalam mempelajari dan mengamalkan petunjuk Al-Qur`ân dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Oleh karena itu, maka kita yang menisbatkan diri kepada manhaj ini, seharusnya berusaha untuk mengikuti petunjuk mereka, agar kita termasuk ke dalam golongan “orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka dengan kebaikan” dan mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala . Karena kalau bukan kita – terlebih lagi para penuntut ilmu di antara kita – yang semangat mempelajari dan mengamalkan petunjuk Al- Qur`ân dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu siapa lagi?!

Marilah kita perhatikan dengan seksama nasihat Imam al-Khatîb al-Baghdadi[20] tentang adab-adab utama yang seharusnya dimiliki oleh para penuntut ilmu. Beliau berkata, semestinya para penuntut ilmu hadits (berusaha) membedakan (antara) dirinya dengan kebiasaan orang-orang awam dalam semua urusan (tingkah laku dan sikap)nya, dengan (berusaha) mengamalkan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam semaksimal mungkin, dan membiasakan dirinya mengamalkan sunnah-sunnahnya, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. [al-Ahzâb/33:21].

Kemudian al-Khatîb al-Baghdadi membawakan beberapa atsar (riwayat) dari ulama Salaf, di antaranya ucapan Imam al-Hasan al-Bashri: “Dahulu, jika seseorang menuntut ilmu agama, maka tidak lama kemudian terlihat (pengaruh ilmu tersebut) pada sifat khusyu’ (tunduk)nya (kepada Allah), tingkah lakunya, ucapannya, pandangannya dan (perbuatan) tangannya”.

Juga atsar dari Imam Ahmad bin Hambal, ketika ada seorang penuntut ilmu yang bermalam di rumah beliau, maka Imam Ahmad menyiapkan air (untuk berwudhu), kemudian paginya Imam Ahmad datang kepada tamunya tersebut dan mendapati air yang beliau siapkan tidak berkurang sama sekali, maka beliau berkata: “Subhanallah (Maha Suci Allah)! Seorang penuntut ilmu tidak melakukan wirid (dzikir dan shalat) pada malam hari?!”

Demikianlah, petunjuk para ulama Salaf dalam menjalankan agama ini; yang kita mengaku menisbatkan diri kepada manhaj mereka, akan tetapi sudahkah kita menerapkan petunjuk mereka dalam diri kita?

Semoga tulisan ini menjadi koreksi dan penambah motivasi bagi kita untuk lebih semangat mencari ilmu yang bermanfaat, dan berusaha melatih diri mengamalkan ilmu tersebut, serta tidak lupa banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , agar kita diberi kemudahan dalam menempuh manhaj yang lurus ini.

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , semoga Dia senantiasa melimpahkan taufik dan petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mengikuti petunjuk para ulama Salaf dengan kebaikan, serta menjadikan diri kita tetap istiqamah di atas manhaj yang lurus ini sampai akhir hayat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] almanhaj.or.id
_______
Footnote
[1]. Metode beragama yang telah ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama Ahlus-Sunnah yang mengukuti petunjuk mereka.
[2]. Tafsir Ibnu Katsir, 4/432.
[3]. Artinya kerancuan dan kesalahpahaman dalam memahami agama Islam, yang disebabkan ketidakmampuan membedakan antara yang benar dan yang batil (salah). Lihat keterangan Ibnul-Qayyim dalam kitabnya Igâtsatul-Lahafân, hlm. 40 –Mawâridul-Amân.
[4]. Artinya memperturutkan keinginan nafsu yang buruk dan mendahulukannya daripada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ibid.
[5]. Kerusahan dalam ilmu dan pemahaman.
[6]. Kerusakan dalam amal.
[7]. Lihat keterangan Ibnul-Qayyim dalam kitab Miftahu Dâris-Sa’âdah, 1/40.
[8]. HR Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676), Ibnu Majah (no. 42 dan 43) dan al-Hakim (no. 329) dan lain-lain, dari sahabat yang mulia al ‘Irbaadh bin Saariyah Radhiyallahu anhu. Riwayat ini dinyatakan shahîh oleh at- Tirmidzi, al-Hakim, dan disepakati oleh adz-Dzahabi, begitu pula Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah (no. 937).
[9]. Beliau ialah seorang Tabi’in senior yang terpercaya dan teliti dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga riwayat hadits beliau dicantumkan oleh para imam ahli hadits dalam kitab-kitab hadits mereka, seperti halnya al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasâ`i, dan lain-lain. Beliau wafat pada sekitar tahun 73 atau 74 H. Biogarafi beliau terdapat di dalam kitab Tahdzîbul-Kamala (14/408), Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/267), dan Taqrîbut-Tahdzîb (hlm. 250).
[10]. Atsar ini dinukil oleh Imam adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/269). Dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama ‘Atha` bin as-Saaib al-Kuufi. Ibnu Hajar di dalam kitab Taqrîbut-Tahdzîb (hlm. 250) berkata tentang perawi ini: “Dia adalah seorang yang sangat jujur, akan tetapi (hafalannya) tercampur”.
Meskipun demikian, perawi yang meriwayatkan darinya dalam atsar ini ialah Hammâd bin Zaid al-Bashri yang meriwayatkan darinya sebelum hafalannya tercampur, sebagaimana ucapan Imam Ali bin al-Madîni dan al-‘Uqaili (lihat kitab Tahdzîbul-Kamâl, 7/185). Riwayat ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari ucapan sahabat yang mulia 'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (1/60) dengan sanad yang semua perawinya terpercaya, akan tetapi Sulaiman bin Mihraan al-A’masy meriwayatkannya dengan ‘an’anah, sedangkan ia seorang mudallis.
[11]. Biografi beliau dalam Tahdzîbul-Kamâl (9/70) dan Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/258).
[12]. Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/258), juga dinukil oleh al-Mîzi dalam Tahdzîbul-Kamâl (9/72) dan Ibnu Hajar dalam kitab Taqrîbut-Tahdzîb (hal. 157).
[13]. Biografi beliau dalam Tahdzibul-Kamal (25/344) dan Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/606).
[14]. Lihat Siyaru A’lâmin Nubalâ` (4/610). Sifat beliau ini menunjukkan bahwa beliau ialah wali (kekasih) Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wali (kekasih) Allah ialah seseorang yang jika (manusia) memandangnya maka mereka akan ingat kepada Allah”. HR ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabîr (no. 12325), Dhiya’uddin al-Maqdisi dalam al-Ahâditsul-Mukhtârah (2/212), dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan kuat oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahîhah (no. 1733) karena diriwayatkan dari jalur lain yang saling menguatkan.
[15]. Biografi beliau terdapat dalam Tahdzibul-Kamal (4/342) dan Siyaru A’lâmin Nubalâ` (5/220).
[16]. Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (no 35679). Semua perawinya terpercaya kecuali Zaid bin Dirham al-Bashri; tidak ada seorang imampun yang menyatakannya sebagai orang yang terpercaya kecuali Ibnu Hibban yang menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqât (4/247).
[17]. HR Ibnu Majah (no. 237) dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab as-Sunnah (no. 251). Dinyatakan hasan (baik) oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah (no. 1332) karena diriwayatkan dari berbagai jalur lain yang saling menguatkan.
[18]. Biografi beliau dalam Tahdzibul-Kamal (16/5) dan Siyaru A’lâmin Nubalâ` (8/378).
[19]. Lihat Tahdzibul-Kamal (16/16) dan Siyaru A’lâmin Nubalâ` (8/390).
[20]. Lihat kitab beliau, al-Jâmi’ li Akhlâqir-Râwi wa Âdâbis-Sâmi’ (1/215).

KAWIN KONTRAK [MUT’AH] ANTARA IBADAH ATAU ZINA..?













Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan

Menyimak cerita seorang Kyai tentang kisah mut’ah di Indonesia. Dimana beliau menceritakan mut’ah biasanya dilakukan dikawasan sejuk tepatnya di Puncak Bogor, sekelompok pemuda syi’ah ini mendatangi pelacur dan sebelum memulai zina [yang mereka sebut ibadah mut’ah] mereka malah berceramah kepada pelacur tersebut intinya menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah zina tapi mut’ah dengan beberapa persyaratan nikahnya.

Kemudian.. seorang pelacur menangis, lalu si pemuda ini mengatakan kepada pelacur yang menangis itu :”kenapa engkau menangis..?”

Pelacur menjawab :
“Jika dimulainya dengan berceramah, ini mengingatkan saya pada dahulu kala, dimana saya seorang lulusan pesantren, namun sya kenapa menjadi begini…!!!”.

Diantara pelacur ada yang tertawa, si pemuda itu mengatakan :
“kamu yang cekikikan kenapa..?”

Pelacur menjawab :
“Saya tertawa, masak sih pak ustadz mau maen aja pake ceramah dulu. Maen mah maen aja.”

===========================
Sangat Lucu pemuda Syi’ah ini..

Satu sisi ada pelacur yang teringat masa lalunya yang menjadi santri dan ia menyesali dengan keadaan yang sekarang menjadi pelacur, kalau sekiranya kita motivasi sedikit lagi agar dia berhenti dan bertaubat untuk melacur tentu sang pelacur ini akan bertaubat..!!

namun dikala sang pelacur ada keinginan untuk bertaubat namun malah dibenarkan dengan kalimat mut’ah, tentu sang pelacur itu semakin terjaga lantaran TERNYATA ADA ISTILAH PELACURAN ISLAMI, yang seolah tidak berdosa.

Disisi Lain ada pelacur yang meremehkan si penceramah mut’ah ini, seolah-olah ia berkata “sudahlah ngapain ceramah.. mana ada agama yang menghalalkan zina… dos amah ya dosa saja..”.

INILAH AJARAN PARADOKS [Saling kontradiktif]
dan Islam adalah ajaran yang sempurna dan tiada pertentangan didalamnya. Dan inilah sebagai bukti sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

Akan ada dari umatku yang MENGHALALKAN ZINA, sutera, khamr dan al ma’azif (alat-alat musik). Kemudian sebahagian dari ummatku akan ada yang turun dari gunung. Lalu datang orang yang membawa ternak-ternak mereka dan mendatangi untuk satu keperluan. Mereka berkata, “Datanglah lagi kemari besok.” Maka malam itu Allah menghancurkan mereka, Allah meruntuhkan gunung itu dan merubah sebahagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”. (Shahih Bukhari Bab Akan Datang Orang Yang Menghalalkan Khamr dan Menamakan Dengan Bukan Namanya, hadis no 5590).

Lihatlah.
Akan ada yang menghalalkan Zina,

Zina dipandang ibadah dan berkah serta pasti berpahala bagaimana tidak dikatakan menghalalkan zina..?

Bukankah kaidah mengatakan :” Perubahan Nama Tidak Dapat Mengubah Hakikat dan Hukum Sesuatu”…?

Maka dari itu Apapun nama nya ‘kawin kontrak..kah..!! Nikah mut’ah.. kah..!!

dan sejenisnya” Tidak dapat merobah dzat atau hakikat yang ada artinya Zina tetaplah Zina, dan zina adalah dosa besar ..!!

Bagaimana tidak dikatakan Zina, kalau mut’ah memberikan upah kepada wanita yang bukan mahramnya meskipun dikatakan mahar, tetaplah itu upah pelacuran..!!

Bagaimana tidak dikatakan Zina, kalau Mut’ah tidak dihadirkan walinya sedangkan nikah tanpa wali adalah bathil..!!! tidak sah,,,!! Kalau pernikahannya tidak sah, apalagi kalau tidak disebut zina.!!

Bagaimana tidak dikatakan Zina, kalau Wanita yang dimut’ahkan itu tidak melihat nasabnya apakah ia mahramnya atau bukan.. khususnya dinegeri yang dilegalkan pernikahan ini sampai ada adik kandungnya.. bahkan ibunya sendiri disetubuhi …!!!

Ini disebabkan jika mut’ah telah selesai maka terputus hubungan meskipun ia punya anak, dan suatu ketika bias jadi ayah menyetubuhi anak kandungya sendiri, dan ini telh terbukti banyak kisah-kisah ayah menyetubuhi anaknya.. kakak menyetubuhi adik kandungnya bahkan anak menyetubuhi ibunya. Wiyyadzubillah.

Dan Islam itu indah..
Islam berlepas diri dari praktek mut’ah..
Islam melindungi keturunan kaum muslimin dengan keturunan sebaik-baik keturunan..
Islam memuliakan wanita dengan hijab dan melarang memegang wanita kecuali telah halal dengan pernikahan syar’I,

Dan Allah membenci perceraian apalagi menikah untuk di ceraikan dalam kata lain Mut’ah, menikah dalam kontrak sebulan, dua bulan, setahun dua tahun, setelah itu putus, mereka tidk memandang anak, mereka tidak memandang nasab, adapun islam sangat membenci perceraian kalupun bercerai, anak masih dalam tanggungan kedua orangtuanya khususnya ayahnya..

Ya Allah –engkau dzat yang maha melihat-
Hancurkan kaum mut’ah sebagaimana Engkau hancurkan kaum Luth…
Ya Allah –bulan ini adalah bulan Ramadhan dan engkau adalah Dzat Pengmpun bagi hmba-hambaMu-
Ampunkanlah orang yang menjaga AgamaMu…
Hinakanlah orang yang menghina AgamaMu..

Ya Allah –Dzat yang menguasai Alam-
Lindungilah kaum muslimin…
Arahkan hati-hati kami pada keridhonMu..
Hancurkanlah orang-orang yang dzalim pad hamba-hambaMu..
Hancurkanlah orang-orang yang memerangi para shahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam..

Hancurkanlah orng-orang yang memerangi ahlussunnah…
Hinakanlah bashar… hinakanlah bashar… dengan kehinaan dimuka bumi dan akhirat..
Wahai Dzat yang pengampun, Ampunkanlah kami..
Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkan hati ini pad ajaran Mu..

RELAKAH JIKA SUAMI KALIAN DIAMBIL WANITA LAIN..?

Suami mana yang hatinya tak tersentuh dengan perkataan halus berhati lembut yang keluar dari lisan para istri…
Suami mana yang tidak mema’afkan kiranya sang istri mengatakan demikian…
Alangkah indahnya wanita-wanita penduduk surga..
Alangkah santun nya budi perkerti mereka kepada suami nya..



RELAKAH JIKA SUAMI KALIAN DIAMBIL WANITA LAIN..?

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan

Kita tidak sedang membicarakan Poligami..
Kitapun tidak sedang berbicara suami selingkuh dengan wanita lain..
Namun ini adalah suatu kepastian yang mana para istri harus menerima resikonya, jika melanggar dan tak ta’at dalam hal kebaikan kepada suaminya…
Suadariku se-Iman Yang semoga Allah merahmati kita semua.

Berapa rasa sakit dihati kalian jika kalian dikhianati..? misalkan suami berselingkuh. Waiyyadzubillah

Atau bagaimana rasanya sakit ketika cinta harus dibagi 2..? misalkan suami poligami.

Jangankan dikhianati dengan perselingkuhan keji
Jangankan di dustai dengan segala kebohongan,
Kalau saja menempuh jalur yang HAQ Seperti POLIGAMI tentu para istri tidak kuat menahan rasa sakitnya ketika cinta dibagi 2.

Istri sebagaimana suami pasti pernah melakukan suatu kesalahan yang ia perbuat sehingga menyakitkan hati suaminya, entah ia berdusta kepada suami, berpergian tanpa ijin suami dan problema lainya. Namun apa yang anda lakukan wahai para istri ketika anda melakukan kesalahan atas suami anda..?

Apakah anda ‘JA-IM’, sehingga tidak ada kata ma’af yang terucap dilisan anda..?
Apakah anda Gengsi, sehingga anda menyimpulkan ‘suamiku juga pernah salah kepadaku’..?

Ataukah anda meminta ma’af tanpa menunda-nunda waktu..?

Bagi anda yang ‘JA-IM’ dan GENGSI, anda akan merugi… artinya anda merelakan suami anda diambil wanita lain.

Bagi anda yang meminta ma’af tanpa menunda waktu. Mungkin anda menjadi istri yang beruntung, namun jika meminta maafnya setengah-setengah maka sama saja dengan JA-IM dan GENGSI.

Ketahuilah….
Nabi shallallahu 'alaihi bersabda :

"Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, "Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho kepadaku"
(As-Sahihah no 287)

Masya Allah..
Suami mana yang hatinya tak tersentuh dengan perkataan halus berhati lembut yang keluar dari lisan para istri…
Suami mana yang tidak mema’afkan kiranya sang istri mengatakan demikian…
Alangkah indahnya wanita-wanita penduduk surga..
Alangkah santun nya budi perkerti mereka kepada suami nya..

Maka yang menjadi pertanyaan, wahai wanita dunia,,, wahai para istri-istri…
Bisakah anda mencontohkan ucapan tersebut..?
Bisakah santunnya wanita surga diatas, kalian praktekan dikehidupan dunia..?

JIKA TIDAK BISA..!!

Jika kalian tidak mampu untuk mempraktekan..
Maka sekiranya kalian telah rela jika suami kalian akan di rebut oleh wanita-wanita surga di akherat kelak..!!
Bagaimana relakah anda..?

Wahai para Ibu…
Wahai Para Istri..
Demi Allah meminta Ma’af kepada suami tidak akan membuat anda Jatuh Miskin…
Meminta ma’af atas kesalahan yang dilakukan tidak akan membuat Kecantikan anda Luntur alias tua mendadak…

Meminta Ma’af kepada suami tidak membuat anda jatuh pingsan….
Sebaliknya…!!

Meminta Ma’af kepada Suami akan menimbulkan wibawa bagi anda,
akan menimbulkan rasa cinta yang lebih dari suami anda,
tentunya kehormatan anda tidak tersita.
Dan bagi para suami hendaknya terima dengan lapang dada permohonan ma’af sang Istri, dengan istri meminta ma’af artinya ia sudah menghormati anda sebagai pemimpin dirinya maka hargailah para istri yang telah meminta ma’af sebagaimana Allah ‘azza wa jalla berfirman :

Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)

Semoga kita dapat membina Rumah Tangga yang mana kita memohon kepada Allah, agar pasangan di dunia menjadi pasangan di akhirat, meskipun sang suami pasti mendapatkan bidadari cantiknya di surga sebagaimana Allah azza wa jalla berfirman :
“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54). Wallahu’alam



PASANG FOTO DI FACEBOOK..?



LAGI.... PASANG FOTO ANAK DI FB...!!
( KENAPA MESTI ANAK YANG DIKORBANKAN )
========

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan


Bangga..!!

Ya, setiap orang pasti mempunyai rasa bangga akan diri yang ia miliki, dan setiap kebanggaan tentu ada output akan dibawa kemana rasa bangga yang ia miliki,

Akankah rasa bangga itu dibawa ke arah syukur kepada Allah bahwa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga ia mensyukuri nikmat sehat, nikmat rezeki, nikmat waktu luang dan seterusnya sehingga Allah akan memberikan nikmat -nikmat yang lain..?

Ataukah ia bawa rasa bangga tersebut kepada keangkuhan menuju kesombongan sehingga ia mengekspos diri untuk merendahkan orang lain serta menolak kebenaran..?

Menolak Kebenaran..!!!

Ya.. kita ambil dari konsekwensi sombong yang satu ini yakni "MENOLAK KEBENARAN sebagaimana Rasulullah shalallahu wa sallam mensifatkan orang yang sombong adalah merendahkan orng lain serta MENOLAK KEBENARAN.

Wahai Kaum Ibu..!!
Wahai Kaum Bapa..!!
Tidakah kita mendengar Nash-nash Yang menjelaskan Hukum memajang Foto..?
Tidakah kita menyimak Apa yang disampaikan Habibina Sayyidina Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam yang ia cinta pada Umatnya..?
TIdakah kita Paham apa-apa yang disampaikan Para Ulama yang merupakan pewaris para Nabi..?

Akankah telinga kita yang mendengar sudah menjadi tuli akan Ayat-ayat Allah.
Akankah Hati kita yang menyimak sudah menjadi hati kotor yang tak bisa menyimak lisan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
Akankah kita lebih paham dari pada Para Ulama sehingga memposisikan diri kita untuk berijtihad sendiri.

Waiyyadzubillah....

Dengarlah jika kita masih mempunyai alat pendengaran (telinga),

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah (yang bernyawa).” (HR. Bukhari 5954 dan Muslim 5525)

Ini adalah ancaman bagi para pelukis, bagi para pemajang foto ditempat umum yang orang senantiasa bebas melihatnya, mereka lah para penggambar makhluk hidup, merekalah yang angkuh untuk mensejajarkan dirinya dengan Allah azza wa jalla, sedangkan Allah 'azza wa jalla berfirman :

وَصَوَّرَكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ
“Dan {hanya} Dia membentuk kalian di dalam rahim sesuai dengan kehendak-Nya.”

Maka Allah tantang bagi siapa saja yang menyerupakan makhluk Allah untuk dibangunkan sebagaimana Allah menciptakannya melalui sabda Rasulullah shalallahu alaihi w sallam :

“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang berkehendak mencipta seperti ciptaan-Ku. Kenapa mereka tidak menciptakan lalat atau kenapa mereka tidak menciptakan semut kecil (jika mereka memang mampu)?!” (HR. Al-Bukhari no. 5953 )

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :"menggantungkan gambar atau foto diatas dinding adalah haram hukumnya sehingga tidak diperbolehkan untuk menggantungnya meskipun sekedar untuk kenangan, karena malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar". [Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram]

Dengar...!! dengarlah wahai jiwa yang memiliki pendengaran...
wahai hati yang senantiasa menyimak...
Kenapa kita mengetahui hukum akan hal ini dan diri-diri kita berlepas diri dari keharaman ini akan tetapi kita mengorbankan anak kita terpampang dengan senyuman manis di foto profil ataupun foto sampul Facebook..?

kesihanilah anak-anak kalian, wahai orang tua .
kesihanilah balita anda, wahai ibunda dan ayahanda..
kesihanilah darah daging kalian yang dipaksakan untuk tampil manis dan semua orang bisa melihatnya sedangkan kita paham haramnya, kita mengerti laranganya, kenapa tidak diamalkan..?

Akankah hawa nafsu lebih disodorkan dibanding Kalam Allah dan sabda Rasul Nya..?
Jika demikian, tentu kita telah menjadi orang yang BANGGA MENUJU KESOMBONGAN {MENOLAK KEBENARAN}.

====
*] hendaknya hapus foto profil dan foto sampul berupa gambar bernyawa. termasuk foto diri, apalagi anak balita anda yang tak tau apa-apa, hendaknya dihapus diganti dengan foto-foto pemndangan alam, dan sejenisnya jika kita senantiasa mengharapkan ridho Allah 'azza wa jalla.


#INDONESIA LEBIH DAMAI TANPA SYI’AH



Jika kita menjadi pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah tentu kita lebih bersikap mengikuti sikapnya para Ulama-ulama kita terdahulu..

Mengikuti Imam Asy Syafi’i, mengikuti Imam Ahmad, Mengikuti Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah yang mereka tegak diatas Sunnah.. diatas manhaj salaful Ummah dan berlepas diri dari ajaran Syi’ah Rafidhah.



#INDONESIA LEBIH DAMAI TANPA SYI’AH

=======

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan


Dahulu mereka berkata “Persatuan Islam dan jangan berpecah belah”…
Dahulu mereka mengatakan “Syi’ah adalah Madzhab dalam Islam”..
Dahulu mereka menegaskan “ Dirinya bukanlah Syi’ah”..
Kemarin mereka berkata “ Saya SUSYI [SUNNI-SYI’AH]”,…
Hari Ini mereka mengakui “SAYA SYI’AH”….
Esok hari mereka akan berkata “Tumpahkan darah Sunni diBumi Pertiwi..”,..

‪#‎INDONESIA‬ LEBIH DAMAI TANPA SYI’AH
‪#‎SYI‬’AH BUKAN ISLAM

WAHAI.. KAUM MUSLIMIN BERSATULAH..!! LIHATLAH TINDAKAN MEREKA..!!

Mereka telah berani menyegel Masjid Ahlussunnah…
mana persatuan Islam yang merupakan slogan taqiyyah syi’ah..?
Mereka telah berani menurunkan serta menggagalkan Majelis Ta’lim Ahlussunnah wal Jama’ah..!!

Mana perkataan mereka yang berkata “jangan berpecah belah..!!!
Ketahuilah al Imam Syafi’i beliau adalah ulama ahlussunnah wal jama’ah, beliau adalah Nashirus Sunnah [pembela Sunnah] beliau berkata : “Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187)

Telah jelas…
Persatuan, Jangan berpecah belah.. adalah kedustaan yang menipu kaum muslimin dikala mereka Lemah..!!

Bersatulah kaum muslimin..!! Persatuan diatas al Qur’an dan Sunnah dan berlepas dirilah terhadap Syi’ah.. sebagaimana berlepasnya Imam Bukhari –rahimahullah- yang mana beliau berkata, “Aku shalat dibelakang seorang jahmi atau Syi’ah sama dengan shalat dibelakang yahudi atau nasrani. Tidak boleh mengucapkan salam kepada mereka, membantu mereka, menikah, memberi kesaksian dan memakan sembelihan-sembelihan mereka.” (Khalq af’aal Al Ibaad, hal. 125)

Hendaknya kita belajar dari perkataan para Ulama, belajar bagaimana mereka bersikap dan membina umat dari bahaya Syi’ah.

Jika kita menjadi pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah tentu kita lebih bersikap mengikuti sikapnya para Ulama-ulama kita terdahulu..

Mengikuti Imam Asy Syafi’i, mengikuti Imam Ahmad, Mengikuti Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah yang mereka tegak diatas Sunnah.. diatas manhaj salaful Ummah dan berlepas diri dari ajaran Syi’ah Rafidhah.

Sesungguhnya kita tidak mau Anak Cucu kita terganggu oleh Ajaran ini..
#Indonesia lebih damai tanpa Syi’ah dan #Syi’ah bukan islam

HIZBULLAT SYI'AH AKAN MENYERANG SAUDI ARABIA



Ketahuilah Imam mahdi adalah pembawa syari'at Islam yang ia mengimani kesempurnaan al Qur'an, ia menapaki jejak Rasulullah shalllahu alaihi wa sallam dan iman akan diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul terkhir dan Iman terhadap Jibril yang menyampaikan wahyu kepada Nabinya..!!

Adapun Syi'ah... bagaimana ia bersama Imam Mahdi menghancurkan saudi arabia negeri tauhid, jika syi'ah tidak iman dalam kesempurnaan al Qur'an.


HIZBULLAT SYI'AH MENGANCAM MENYERANG SAUDI ARABIA

[ BANGUNLAH DARI TIDURMU..? JANGANLAH BERMIMPI..!!!]

====================

Atas Nama IMAM MAHDI [Versi Syi'ah] yang katanya akan keluar dan mereka bersamanya menyerang Saudi dan menghancurkan dinasti su'ud,

=======

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan

Pertama] Islam Berlepas diri dari seluruh ajaran Syi'ah, dan Islam adalah Agama yang diterima oleh Allah, agama yang haq disisi Allah dan Allah akan menjaga Agama ini sampai hari kiamat, Allah akan menjaga al Qur'an dengan kesempurnaannya.

Kedua] Imam Mahdi yang dimaksud Hizbullat imam mahdi siapa..? betapa banyak orang yang mengku-ngaku imam mahdi hakikatnya ia pendusta..!! adapun jika dimaksud adalah imam mahdi yang berperang melawan dajjal itu adalah Imam Mahdinya umat islam.

Imam Mahdi Umat Islam dibawah naungan syari'at Nabi Muhammad shalallahu laihi wasallam sebagaimana Isa putra Maryam mengikuti syariatnya Nabi Muhammad shalallahu alihi wa sallam dengan pemimpinnya adalah Imam Mahdi sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi mengatakan: ‘Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.”[Al-Harits ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya ]

Ketahuilah Imam mahdi adalah pembawa syari'at Islam yang ia mengimani kesempurnaan al Qur'an, ia menapaki jejak Rasulullah shalllahu alaihi wa sallam dan iman akan diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul terkhir dan Iman terhadap Jibril yang menyampaikan wahyu kepada Nabinya..!!

Adapun Syi'ah... bagaimana ia bersama Imam Mahdi menghancurkan saudi arabia negeri tauhid, jika syi'ah tidak iman dalam kesempurnaan al Qur'an.

Bagaimana Syi'ah bersama Imam Mahdi kalau mereka saja tidak iman terhadp Jibril alaihissalam sedangkan imam mahdi iman atas seluruh ajaran Rasululullah shalallahu 'alaihi wa sallam termasuk keadilan par shahabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Lalu Imam mahdi yang dimaksud Hizbullat itu imam mahdi yang mana..?
Sangat tidak mungkin Imam Mahdi Ahlul Bayt Rasulullah bersama Syi'ah sedangkan diantara keduanya ada perbedaan keyakinan antara langit dan bumi, timur dan barat serta minyak tak menyatu dengan air.

Lalu Imam Mahdi yang mana versi mereka yang akan muncul menyerang mekkah dan madinah serta bani su'ud saudi arabia yang tauhid tegak disana..?

Kalaupun Imam Mahdi ahlul Bayt [versi Islam] muncul saat ini tentu akan lebih dahulu menyerang Negeri Iran yang mana mut'ah merebak disana.. kesyirikan muncul tanpa batas serta penghinaan shahabat rasulullah dan penodaan agama islam tampak akan kesyi'arannya.

Kami katakan Imam Mahdi yang mana yang sedng di Impikan oleh Hizbullat..?
Imam Mahdi yang mana wahi Syi'ah..?
Betapa banyak orang yang mengaku imam mahdi akan tetapi mereka para pendusta [dajjal].
IMAM MAHDI ahlulbayt[versi islam] adalah oang yang mentauhidkan Allah azza wa jallaa dan iman kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Ketahuilah para dajjal tidak akan mampu menyerang dan menduduki mekkah dan madinah, dan dedengkot Dajjal [makhluk yang diperangi oleh Imam Mahdi]pun tak kuasa memasuki mekkah madinah sebagaiman Fathimah binti Qais Radhiyallahu anhuma Menjelskan, Bahwa Dajjal mengatakan,

“Lalu aku bisa keluar. Aku akan mengelilingi muka bumi, maka tidak akan aku tinggalkan satu kampung pun kecuali aku datangi dalam waktu empat puluh malam, Kecuali Makkah dan Madinah al-Munawarah, keduanya diharamkan untukku, setiap kali aku hendak masuk ke salah satu darinya, maka Malaikat akan menghadangku dengan pedang yang terhunus yang menghalangiku untuk memasukinya, dan di setiap lorong darinya ada Malaikat yang menjaganya" [HR.MUSLIM]

Bangunlah dari Mimpi panjang mu wahai hizbullat..??
Bangunlah dari tidurmu wahai Syi'ah..?
Jangan permainkan Agama dengan tipu mushlihat kalian niscaya kalian pula yang menerima adzab Allah. waiyyadzubillah

KONDISI UMAT ISLAM SEDANG LEMAH



Allah menyuruh para shahabat untuk bersabar..!! bersabar..!!

sebagaimana dalam firmannya Allah berfirman : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat! [QS. An Nisa : 77]



KONDISI UMAT ISLAM SAAT INI LEMAH

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan

Berbagai problema umat islam di akhir zaman ini sangat memprihatinkan,

Dikala kaum muslimin sudah tidak peduli kesadaran dalam menuntut ilmu syar’i..

Dikala kaum muslimin hanya menjadikan agama sebagai pelengkap di KTP,

Dikala manusia saling bunuh laksana darah kaum muslimin lebih ringan daripada darah binatang,

ditengah perpecahan umat yang telah menjadi sunatullah,
ditengah perang pemikiran dengan kaum kufar,
ditengah perang keyakinan Islam dan Syi’ah,
ditengah panggung perpolitikan penebar fitnah berujung penumpahan darah,

Ini menjadi paradigma kaum muslimin yang miris, membuat hati menangis diatas tangisan duka berkepanjangan,

Apa Sikap kita melihat pertumpahan darah, kaum muslimin terus-terusan di dzalimi ditengah kaum muslimin yang hilang rasa kepeduliaan kepada mereka..?
Ada diantara kaum muslimin bersikap dengan mengkafirkan para penguasa muslim, sehingga berbagai tindakan timbul mulai dari pengeboman, pengerusakan, sampai pada penghalalan darah kaum muslimin.

Ada diantara kaum muslimin bersikap dengan berjihad perang melawan orang-orang kafir dengan tidak mengerti apa itu jihad syar’I sesungguhnya, jihad dipandang hanya sebatas semangat, memegang senapan dan berperang tanpa mengetahui dasar-dasar bagaimn Islam mengaturnya.

Ada diantara kaum muslimin yang tidak mempunyai rasa peduli, yang terpenting hidup itu mencari uang, dirinya aman, serta memperkaya diri adalah prioritas utama.

Lalu bagaimana kah sikap yang benar dalam menyikapi kedzaliman yang diderita kaum muslimin..?

SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH al – UTSAIMIN - rahimahullah-

beliau ulama ‘alim dari Saudi Arabia yang semoga Allah menerima segala amal beliau, saat itu beliau ditanya Penanya mengatakan :

“Apakah Kita sekarang ini tidak memerangi Amerika, Rusia, Inggris, Prancis, kenapa kita tidak memerangi mereka wahai syaikh…?

Jawab :
[Melawan mereka harus mempunyai kemampuan/ kekuatan //pen], Saat ini kita tidak mempunyai kemampuan, pertama ] Dari segi Iman kaum muslimin belum mampu, masih banyak kaum muslimin yang berbuat syirk, masih banyak kaum muslimin berbuat Bid’ah serta maksiat.

Kedua] dari Segi senjata, kita pun belum mampu. Apakah kita mau melawan Amerika memakai Pisau Dapur..?”

Ini tidak Hikmah…!!! Allah menurunkan Agama ini dengan hikmah , Yang wajib bagi kita mempersiapkan kekuatan, mempersiapkan kekuatan yang paling penting adalah kekuatan iman kepada Allah, sebagaimana firman Allah :
Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian, dan mengokohkan kaki-kaki kalian (Q.S Muhammad:7)

==
Masya Allah begitu sejuk fatwa beliau rahimahullah…
Tanya kepada Ulama… karena merekalah yang mengetahui bagaimana sebenarnya kita harus bersikap, dan tentu kita tidak boleh tergesa-gesa bermodal semangat saja.. bahkan waiyyadzubillah sampai-sampai ada yang menghina ulama dengan cacian-cacian bahwa tidak paham fiqhul waqi’[kondisi terkini dst].

Al hasil sebagaimana Qaradhawi menyesali sudah memandang ulama Saudi tidak dewasa dalam permasalahan umat, namun akhirnya dirinya mengakui bahwa dirinyalh yang belum dewasa.

Tidak kah kita ingat Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya ketika di mekkah dalam kondisi lemah..?
dimana para shahabat ketika di mekkah kondisi mereka lemah namun Allah suruh apa..?
Berjihad melawan kafir Quraisy..?
Tidak..!!

Allah menyuruh para shahabat untuk bersabar..!! bersabar..!!

sebagaimana dalam firmannya Allah berfirman : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat! [QS. An Nisa : 77]

Begitupun saat ini kondisi umat sedang lemah, dibalik kelemahan umat ada kewajiban yang kita lakukan yakni menuntut ilmu syar’I, mengamalkan ilmu, mendkwahkan, mentauhidkan Allah dan menjauhkan Syirk, maka dilihat dulu kondisi kita kuat atau lemah..?

Kalau kondisi kita lemah maka Tahan diri bukan merusak, mengebom, jihad tanpa ilmu, ketahuilah menuntut ilmu syar’I adalah Jihad yang Agung pda zaman ini.

Berjihad dengan berperang itu salah satu dari macam-macam jihad, dan jihad ada 3 macam

1.Jihad melawan musuh yang nyata. [Berperang]
2. Jihad melawan syaithan.
3. Jihad melawan hawa nafsu [Menuntut ilmu syar’i]

Jihad berperang adalah perintah syari’at, setiap perintah berdasarkan kemampuan sebagaimana Allah ‘azza wajalla berfirman dalam QS. At-Taghabun 64:16 : “Maka bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan kamu”.

Jika tidak mampu maka sabar sebagaimana sabarnya para shahabat ketika di mekkah.
Maka setiap muslim wajib menuntut ilmu syar’I karena dengannya akan hilang kebodohan dan ilmu yang terpenting adalah Tauhid kepada Allah dan semoga Allah memudahkan kita untuk belajar serta mengamalkannya. Amiin

==
[Penyusun banyak mengambil faidah dari Al Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas –semoga Allah menjaga beliau- dalam ceramah kedudukan jihad.]


MENGEMIS DAN MENYIKAPINYA [1]



Oleh
Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz Lc, MA


Profesi mengemis bagi sebagian orang lebih diminati daripada profesi-profesi lainnya, karena cukup hanya dengan mengulurkan tangan, dia bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup banyak tanpa harus bersusah payah.

Masyarakat pada umumnya memandang bahwa pengemis itu identik dengan yang menarik iba seperti tidak rapi, rambut kusut, wajah kusam, pakaian kumal, lusuh atau robek-robek. Singkat kata, penampilan untuk mengungkapkan kemelaratannya, serta menarik rasa belas kasihan masyarakat luas.

Namun akhir-akhir ini, sebagian pengemis tidak lagi berpenampilan demikian. Diantara mereka ada yang berpakaian rapi, memakai jas berdasi dan sepatu, bahkan kendaraannya pun lumayan bagus. Ada yang menjalankan profesi ini sendirian dan ada pula yang melakukannya bersama dalam sebuah team. Yang lebih mencengangkan, ada sebagian orang bersemangat mencari sumbangan atau bantuan demi memperkaya diri dan keluarganya dengan cara membuat proposal-proposal untuk kegiatan tertentu yang memang ada faktanya ataupun tidak ada, akan tetapi setelah memperoleh dana, mereka tidak menyalurkannya sebagaimana mestinya.

PENGERTIAN MENGEMIS (MEMINTA-MINTA)

Mengemis atau meminta-minta dalam bahasa Arab disebut dengan tasawwul. Dalam al- Mu’jamul Wasîth disebutkan bahwa tasawwala (fi’il madhi dari tasawwul) artinya meminta-minta atau meminta pemberian.[1]

Sebagian Ulama mendefinisikan tasawwul (mengemis) dengan upaya meminta harta orang lain bukan untuk kemaslahatan agama tapi untuk kepentingan pribadi.

al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Perkataan al-Bukhâri (Bab Menjaga Diri dari Meminta-minta) maksudnya adalah meminta-minta sesuatu selain untuk kemaslahatan agama.” [2]

Jadi, berdasarkan definisi di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa batasan tasawwul atau “mengemis” adalah meminta untuk kepentingan diri sendiri bukan untuk kemaslahatan agama atau kepentingan kaum Muslimin.

MENGEMIS DAN MENYIKAPINYA (2)

HUKUM MENGEMIS DAN MEMINTA SUMBANGAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Meminta-minta sumbangan atau mengemis tidak disyari’atkan dalam agama Islam, apalagi jika dilakukan dengan cara menipu atau berdusta dengan cara menampakkan dirinya seakan-akan dalam kesulitan ekonomi, atau sangat membutuhkan biaya pendidikan anak sekolah, atau perawatan dan pengobatan keluarganya yang sakit, atau untuk membiayai kegiatan tertentu, maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar.

Di antara dalil-dalil syar’i yang menunjukkan haramnya mengemis dan meminta-minta sumbangan, dan bahkan ini termasuk dosa besar adalah sebagaimana berikut :

1. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا زَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.[3]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ

Barangsiapa meminta-minta kepada manusia harta mereka untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya dia hanyalah sedang meminta bara api (neraka), maka (jika dia mau) silahkan dia mempersedikit atau memperbanyak.[4]

2. Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junâdah Radhiyallahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ

Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa ada kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api. [5]

Demikianlah beberapa dalil dari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengharamkan mengemis atau meminta-minta sumbangan untuk kepentinagn pribadi atau keluarga.

KAPAKANKAH DIBOLEHKAN MEMINTA-MINTA SUMBANGAN DAN MENGEMIS?


Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa ada beberapa keadaan yang membolehkan seseorang untuk mengemis atau meminta-minta. Di antaranya ialah sebagaimana berikut :

1. Ketika seseorang menanggung beban diyat (denda) atau pelunasan hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti.

2. Ketika seseorang ditimpa musibah yang melenyapkan seluruh hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.

3. Ketika seseorang tertimpa kefakiran yang sangat dan dia memiliki 3 orang saksi dari orang sekitarnya atas kefakiran yang menimpanya. Orang seperti ini, halal baginya meminta-minta sampai dia mendapatkan penopang hidupannya.

Dalam tiga keadaan ini seseorang diperbolehkan untuk meminta-minta sumbangan atau mengemis, berdasarkan hadits riwayat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyalalahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Wahai Qabishah ! Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[6]

Ketika seseorang meminta sumbangan untuk kepentingan kaum Muslimin, bukan kepentingan pribadi, maka ini juga termasuk tasawwul (mengemis dan meminta-minta sumbangan) yang diperbolehkan dalam Islam meskipun dia orang kaya.

Di antara dalil-dalil syar’i yang menunjukkan bahwa meminta sumbangan untuk kepentingan agama dan kemaslahatan kaum Muslimin itu diperbolehkan adalah pesan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para pemimpin perang sebelum berangkat, yaitu sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَسَلْهُمُ الْجِزْيَةَ فَإِنْ هُمْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَقَاتِلْهُمْ

Jika mereka (orang-orang kafir yang diperangi, pent) tidak mau masuk Islam maka mintalah al-jizyah (pajak) dari mereka! Jika mereka memberikannya maka terimalah dan tahanlah dari (memerangi, pen) mereka ! Jika mereka tidak mau menyerahkan al-jizyah maka mintalah pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla dan perangilah mereka ![7]

Dari hadits di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa meminta al-jizyah dari orang-orang kafir tidak termasuk tasawwul (mengemis atau meminta-minta yang dilarang) karena al-jizyah bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kaum Muslimin.

Termasuk dalam pengertian meminta bantuan untuk kepentingan kaum Muslimin adalah hadits yang menceritakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah meminta bantuan seorang tukang kayu untuk membuatkan beliau mimbar. Sahl bin Sa’d as-Sa’idi Radhiyallahu anhu berkata :

بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم إِلَى امْرَأَةٍ أَنْ مُرِى غُلاَمَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِى أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus kepada seorang wanita, “Perintahkan anakmu yang tukang kayu itu untuk membuatkan untukku sebuah mimbar sehingga aku bisa duduk di atasnya!”[8

Al-Imam al-Bukhâri rahimahullah berkata : Bab Meminta bantuan kepada tukang kayu dan ahli pertukangan lainnya untuk membuat kayu-kayu mimbar dan masjid”.[9]

Al-Imam Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang bolehnya meminta bantuan kepada ahli pertukangan dan ahli kekayaan untuk segala hal yang manfaatnya menyeluruh untuk kaum Muslimin. Dan orang-orang yang bergegas melakukannya adalah (orang yang berhak mendapatkan) penghargaan atas usahanya”.[10]

Dengan demikian, kita boleh mengatakan, “Bantulah aku membangun masjid ini atau madrasah ini dan sebagainya!” atau meminta sumbangan kepada kaum Muslimin yang mampu untuk membangun masjid, madrasah dan sebagainya.

Komite Tetap untuk Urusan Fatwa dan Riset Ilmiyyah Saudi Arabia pernah ditanya: “Bolehkah meminta bantuan dari seorang Muslim untuk membangun masjid atau madrasah (sekolah), apa dalilnya ?”

Jawab : “ Perkara tersebut diperbolehkan, karena termasuk dalam tolong -menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Allâh l berfirman (yang artinya), “ Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ” (QS. al-Maidah/5:2)[11]

BEKERJA KERAS ADALAH SOLUSI DARI MENGEMIS ATAU MEMINTA-MINTA
Islam menganjurkan kita semua agar berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga kita. Dalam al-Quran al-karîm Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا

Apabila telah shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allâh”. [al-Jumu’ah/62:10].

Bekerja mencari nafkah bukan hanya pekerjaan masyarakat awam, akan tetapi para Nabi juga bekerja. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

« مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »

Tidaklah Allâh mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembala kambing”, lalu ada sahabat bertanya, “Apakah engkau juga ?”, beliau menjawab, “Ya, dahulu saya menggembala kambing milik penduduk Makkah dengan mendapatkan upah beberapa qirath”.[12]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كَانَ زَكَرِيَّاءُ نَجَّارًا

Nabi Zakariya adalah tukang kayu[13].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Nabi Dawud tidak makan melainkan dari hasil kerjanya sendiri [14].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا ، فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ

Sungguh salah seorang di antara kamu mencari kayu bakar diikat, lalu diangkat di atas punggungnya lalu dijual, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, diberi atau ditolak”[15].

Orang yang mau bekerja, berarti dia menghormati dirinya dan agamanya. Jika mendapatkan rezeki melebihi kebutuhkannya, maka dia mampu mengeluarkan zakat, menunaikan haji dan membantu orang lain.


BAGAIMANA SIKAP KITA TERHADAP PENGEMIS?


Meskipun hukum mengemis pada dasarnya dilarang dalam Islam, akan tetapi kita juga tidak boleh menyamaratakan semua peminta-minta. Kita tidak boleh menuduh mereka macam-macam, karena hal itu termasuk berburuk sangka tanpa alasan. Seharusnya kita bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla yang telah menjaga kita dari perbuatan meminta-minta. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

“Dan terhadap orang yang meminta-minta makan janganlah kamu menghardiknya". [ad-Dhuha/93:10]

Ayat ini bersifat umum mencakup semua peminta-minta (pengemis dan yang semisal), kecuali jika kita tahu pasti bahwa dia adalah orang jahat.

Adapun tentang hadits yang Artinya: Setiap peminta-minta punya hak ( untuk diberi ) walaupun ia datang dengan mengendarai kuda,” adalah hadits dhaif (lemah) sebagaimana dinyatakan Syaikh al-Albâni.[16]

Demikian pembahasan tentang hukum mengemis dan meminta sumbangan dalam pandangan Islam yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bersyukur dan qana’ah atas segala nikmatnya, merasa cukup dengan apa yang ada, serta menahan diri dari minta-minta. Sesungguhnya Allâh Maha Dermawan lagi Maha Mulia.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XV/1434H/2012. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] //almanhaj.or.id
_______
Footnote
[1]. Lihat al-Mu’jamul Wasîth I/465.
[2]. Lihat Fathul Bari III/336.
[3]. Shahih. HR. Bukhari no. 1474, dan Muslim no. 1040.
[4]. Shahih. HR. Muslim II/720 no.1041, Ibnu Majah I/589 no. 1838, dan Ahmad II/231 no.7163.
[5]. HR. Ahmad IV/165 no.17543, Ibnu Khuzaimah IV/100 no.2446, dan Ath-Thabrani IV/15 no.3506.
[6]. Shahîh. HR Muslim II/722 no.1044), Abu Dâwud I/515 no.1640, Ahmad III/477 no.15957, V/60 no.20620, dan an-Nasâ`i V/89 no.2580.
[7]. Shahih. HR. Muslim III/1356 no.1731, Abu Dawud II/43 no.2612, Ahmad V/358 no.23080.
[8]. Shahih. HR. Al-Bukhari: 429, An-Nasa’i 731 dan Ahmad 21801.
[9]. Shahih al-Bukhari I/172.
[10]. Lihat Syarh Ibnu Baththal lil Bukhari II/100.
[11]. Fatâwâ al-Lajnah ad-Dâimah (6/242)
[12]. Shahih. HR. Bukhari II/789, dari Abu Hurairah z .
[13]. Shahih. HR. Muslim IV/1847 no.2379.
[14]. Shahih. HR. Bukhari II/13074.
[15]. Shahih. HR. Bukhari II/730 no.1968, dan an-Nasa’i V/93 no.2584.
[16]. Lihat Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah wal Maudhû’ah, no. 1378.

SOLUSI PASANGAN SELINGKUH



tidakkah kita membayangakan kalau sekiranya ibu kita di zinahi oleh orang lain…
tidakkah kita membayangkan sekiranya adik kita, anak kandung kita dizinahi oleh orang lain..


SELINGKUH [SELINGAN INDAH KELUARGA RAPUH]
Jangan ada dusta diantara kita

Abu Usaamah Sufyan Bin Ranan
=======

Setiap Selingan pada umumnya adalah suatu hal menyenangkan,
selingan makanan misalnya adalah Memulai makanan dengan menyantap buah-buahan, Selingan perjalanan dengan istirhat di rest area,
Selingan Waktu kerja adalah hari Libur,
dan selingan-selingan lainnya yang membuahkan kesenangan dan kebahagiaan,
namun berbicara selingan dalam rumah tangga adalah suatu yang mennyakitkan yang berbuah pada perceraian selingan itu adalah Selingkuh
(Selingan Indah Keluarga Rapuh ).

Dunia.. dan Dunia.. itulah surga bagi orang-orang kafir yang mereka bebas mau apa saja dan dimana saja apa yang mereka mau menurut nafsunya akan mereka lakukan, diantara surge dunia adalah Tahta, Harta dan Wanita. Teringat Sya’ir dari Sebuah puisi tentang dunia :

“Dunia itu indah, namun dia juga jelek. Dunia itu manis, namun juga pahit. Dunia itu mempesona, namun fatamorgana belaka. Dunia itu menggiurkan, namun membingungkan. Dunia bikin orang tertawa, juga menangis. Dunia bikin orang bahagia, juga menderita. Itulah surga dunia, bukan dunia surga”

URGENSI DUNIA MENURUT RASULULLAH

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita” (HR. Muslim)

Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada apa antara aku dengan dunia ini? Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya” (HR. Tirmidzi]

Lihatlah bagaimana Rasul kita menganggap Dunia ini,…?
Dunia tak lebih berharga dari sayap nyamuk,
Dunia laksana bangkai kambing,
Dunia laksana tenmpat berteduh,

Maka dunia tiada harga atas diri dan jiwa yang berharga dan dimiliki oleh manusia,…
Kalau kita telah mengetahui Urgensi maka apa manfaat kita berselingkuh..?
Kalau kita telah mengetahui makna dunia ini apa manfaat anda melirik mata yang berharga untuk wanita atau lelaki murahan..?
Berfikirkah kita kiranya kita selingkuh dengan wanita lain..
tidakkah kita membayangakan kalau sekiranya ibu kita di zinahi oleh orang lain…
tidakkah kita membayangkan sekiranya adik kita, anak kandung kita dizinahi oleh orang lain..

pasti dari hati kita yang fithrah ..
dari hati kecil kita yang terdalam..
tentu kita tidak akan mau ibu kandung kita di zinahi orang lain..
tentu kita pasti tidak mau adik kita, anak kandung kita zinahi oleh orang lain..
kalau demikian, buat apa anda selingkuh dan berkhianat kepada pasangan anda..?
maka Janganlah Ada Dusta Diantara Kita dan Selingkuh merupakan Selingan Khusus Keluarga Rapuh.

Janganlah dekiati Zina sebagaimana Allah rabbul ‘alamin berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”

Inilah hukuman diankhirat bagi Penzina waiyyadzubillah
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku bertanya (pada Jibril dan Mika-il), ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Adapun laki-laki dan perempuan yang berada di tempat seperti tungku pembakaran, mereka adalah para pezina.’”

SOLUSI AGAR PASANGAN TIDAK SELINGKUH

1. Saling mengerti antar Pasangan

Mengerti antar pasangan merupakan solusi bagi pasangan untuk tidak selingkuh, sehingga plus minus masing-masing saling menutupi antara keduanya.

2. Komunikasi ( Terbuka dan jangan tertutup )

Berawal dari saling mengerti maka membuahkan komunikasi yang terbuka dan saling memahami, terbuka antar pasangan menyakut salary yang didapat seiap bulannya, terbuka untuk saling curhat atas problema yang diderita masing-masing agar permasalahan diluar rumah tidak menjadi boomerang untuk menyerang internal rumah tangga, karena problema diluar rumah tangga sangat berpengaruh dengan internal rumah tangga kita.

3. Jangan ada dusta diantara kita

Ketika Komunikasi terbuka tentu saling percaya antar pasangan maka ketika sudah saling percaya terapkan ikrar “jangan ada dusta diantara kita”, kalau ikrar ini dilanggar maka suatu saat kemudian akan muncul khianat setelahnya .

4. Jadikan pasangan kita adalah paling cantik dan tampan didunia

Ketika tidak ada dusta diantara kita maka sebagai pondasi setelahnya adalah paksakan untuk cukup dengan pasangan anda, jadikan ia sebagai istri yang tercantik didunia ini, jadikan ia suami yang gagah dan tampan didunia ini. Meskipun ada plus minusnya cantik dan tampan itu adalah relatif buktinya wanita cantik bisa menikah dengan lelaki jelek, begitupun sebaliknya lelaki tampan bias menikah dengan wanita jelek. Maka cantik dan tampan adalah relatif jadikan pasangan kita adalah pasangan yang cantik dan tampan didunia sebagaimana anda menikah dan ijab qabul dengannya dengan ikrar sama-sama suka.

5. Poligami solusi pasangan selingkuh (Khusus Lelaki)


Kenapa sama mencatut Khusus lelaki, karena tidak ada poligami[poliantri] untuk wanita, dan islam sangat adil.. lihat kalau sekiranya sang wanita diberi aturan poliantri maka yang pertama adalah tidak jelas nasab sang anak, misalkan ia mempunyai 2 suami suatu ketika ia hamil maka anak siapakah yang tertanam pada benih wanita tersebut…?

Maka dari pada Selingkuh lebih baik para suami poligami inilah solusi, dan islam adalah agama Adil.. Poligami tidak merusak nasab/keturunan sedangkan Zina sangat merusak nasab. Maka poligami adalah solusi, namun tetap dalam koridor persyaratan mampu untuk poligami. Kalau tidak mampu untuk poligami maka jangan coba anda selingkuh, sungguh dzalim orang yang memilih berzina . wallahu'alam

Article's :

QAULAN-SADIDA.BLOGSPOT.COM

SEKOLAH YUUK..!!