Senin, 01 Oktober 2012
SEMANGAT BERDAKWAH
SEORANG USTADZ HARUS ISTIQAMAH DAN SEMANGAT BERDAKWAH
Ustadz Abu Yahya Marwan Bin Musa
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah dalam risalahnya "Ta'awunud du'aat" berkata,
"Kemudian seorang da'i tidak patut berdakwah untuk kepentingan pribadinya, bahkan ia harus berdakwah kepada Allah, yakni ia tidak peduli baik dirinya berhasil atau diterima perkataannya sewaktu hidupnya atau setelah wafatnya, yang penting kebenaran yang diserukannya diterima di kalangan manusia, baik sewaktu hidupnya atau setelah wafatnya. Memang, seorang merasa gembira dan semangat ketika kebenaran yang diserukan diterima sewaktu hidupnya.
Akan tetapi, jika ditaqdirkan, Allah mengujinya untuk mengetahui ia bersabar atau tidak, (misalnya) Allah mengujinya dengan tidak diterima secara langsung atau tidak segera diterima, maka hendaknya ia bersabar dan mengharap pahala terhadapnya. Selama dirinya mengetahui berada di atas kebenaran, maka tetaplah di atasnya, dan ia akan memperoleh kesudahan yang baik, berbeda dengan sebagian da'i yang ketika mendengar perkataan yang menyakitkan atau disakiti dengan perbuatan yang menyakitkan, ia kemudian mundur, ragu atau merasa syak terhadap kebenaran yang dipegangnya.
Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, karena itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu." (Terj. QS. Yunus: 94)
Seorang da'i, apabila tidak mendapati penerimaan segera terkadang mundur, ragu-ragu dan bimbang, apakah dirinya di atas kebenaran atau tidak di atas kebenaran?
Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menerangkan yang hak, menjadikan untuk kebenaran tanda yang diketahui.
Oleh karena itu, jika anda mengetahui bahwa diri anda di atas kebenaran, maka tetaplah (di atasnya), meskipun anda mendengarkan kata-kata miring atau menyaksikan sesuatu yang tidak anda sukai. Bersabarlah! karena sesungguhnya kesudahan yang baik akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa."
KEBERHASILAN BUKAN KARENA JUMLAH PENGIKUT
Menurut penulis, keberhasilan dalam dakwah bukanlah terletak pada banyak pengikutnya atau tidak. Lihatlah Nabi Ibrahim 'alaihis salam, pengikut Beliau dari kalangan kaumnya hanya seorang saja, yaitu Luth, selebihnya kafir. Tetapi Beliau adalah orang yang berhasil dalam dakwahnya, yaitu karena Beliau telah menyampaikan risalahnya, menunaikan amanahnya, dan menasihati umatnya. Ketika Beliau telah melakukannya, maka berarti Beliau telah berhasil, meskipun pengikutnya sedikit.
Di bagian akhir risalah "Ta'awunud du'aat", Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Termasuk adab para da'i yang mesti dilakukan adalah saling tolong-menolong, yakni tolong-menolong antara sesama mereka. Jangan ada keinginan salah seorang di antara mereka agar perkataannya diterima dan didahulukan daripada yang lain. Bahkan seharusnya, yang menjadi harapan para da'i adalah agar dakwah diterima, baik dakwah itu muncul darinya maupun dari orang lain, selama anda menginginkan agar kalimat Allah menjadi tegak, baik olehnya maupun oleh yang lain. Jika maksudnya seperti ini, tentu yang lain akan saling bantu-membantu dalam dakwah ilallah, meskipun manusia lebih menerima orang lain daripada dirinya.
Yang wajib bagi para da'i adalah sama-sama satu tangan, saling bahu-membahu, saling bantu-membantu, saling bermusyawarah di antara mereka dan berangkat bersama serta mereka bangkit karena Allah, baik dua orang, tiga orang maupun empat orang."
Apabila kita melihat para penyeru keburukan dan kejahatan berkumpul dan bersatu serta membuat rencana, mengapa para da'i tidak mengamalkan seperti ini, sehingga satu sama lain saling menutupi kekurangan yang ada pada yang lain, baik terkait dengan ilmu maupun sarana dakwah dan sebagainya?!" Apabila kita melihat nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah, tentu kita akan mendapatkan bahwa Allah Ta'ala menyifati kaum mukmin dengan sifat-sifat yang menunjukkan bahwa mereka selalu bersatu dan saling membantu.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Terj. QS. At Taubah: 71)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Article's :
-
▼
2012
(144)
-
▼
Oktober
(12)
- MUQADDIMAH
- USTADZ 'GADUNGAN' BERTARIF GEDONGAN^
- UNTUKMU... PENGEMBAN DAKWAH
- BEKAL SEORANG USTADZ
- TIPS MENGAJAR DAN BERDAKWAH
- SEMANGAT BERDAKWAH
- HUJAN TURUN, ANTARA NIKMAT DAN MUSIBAH
- TEMAN DALAM KUBUR (1)
- SEGERA BERAMAL, SEBELUM AJAL DATANG!
- TANYA JAWAB ADZAB KUBUR.
- REMISI ADZAB KUBUR
- Posisi Duduk Masbuk: Tawarruk atau Iftirasy?
-
▼
Oktober
(12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar