Radio Rodja 756AM

Jumat, 01 Maret 2013

JAUHILAH HASAD


Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin

Hasad adalah seseorang membenci nikmat ALLAH subhanahu wa ta’ala kepada seseorang, misalnya anda tidak menyukai ALLAH subhanahu wa ta’ala memberi kepada orang ini nikmat berupa harta, anak, istri, ilmu, tekun beribadah atau nikmat-nikmat yang lain dan sama saja kamu berangan-angan supaya nikmat itu hilang atau tidak.

Meskipun sebagian ulama’ mengatakan bahwa hasad adalah seseorang berangan-angan supaya kenikmatan ALLAH subhanahu wa ta’ala yang ada pada seseorang hilang, namun yang seperti ini lebih buruk dan lebih parah. Dan kalau tidak demikian, maka hanya sekedar kebencian seseorang terhadap kenikmatan ALLAH kepada orang lain sudah tergolong hasad.

Hasad adalah salah satu perangai orang-orang Yahudi sehingga siapa saja yang mempunyai sifat hasad maka dia telah meniru gaya hidup mereka wal iyyadzubillah.

ALLAH subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri”.(QS Al-Baqarah:109)

Dan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

“ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang ALLAH telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”.
(QS An-Nisa:53).

Tidak ada perbedaan antara kebencianmu terhadap apa yang dikaruniakan oleh ALLAH subhanahu wa ta’ala kepada orang lain supaya nikmat itu berpindah kepadamu atau supaya hilang dari saudaramu walaupun tidak berpindah kepadamu.

Ketahuilah bahwa hasad membawa banyak dampak yang buruk di antaranya:

1. Meniru gaya hidup orang-orang Yahudi

Yang mana mereka adalah sejelek-jeleknya makhluq ALLAH yang mana sebagian dari mereka telah dijadikan kera oleh-Nya, babi dan penyembah Thaghut.

2. Menunjukkan bahwa orang yang hasad mempunyai jiwa yang buruk

Dan dia tidak menyukai saudara mendapatkan suatu kebaikan sebagaimana hal itu dia inginkan untuk dirinya, karena orang yang seperti ini tidak akan merasa hasad kepada orang lain bahkan dia turut bergembira jika orang lain mendapatkan nikmat dari ALLAH subhanahu wa ta’ala seraya berdoa: “Ya ALLAH berilah aku kenikmatan sepertinya”.

Sebagaimana firman ALLAH subhanahu wa ta’ala

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan ALLAH kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada ALLAH sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu”.(QS An-Nisa:32).

3. Ada semacam ketidakterimaan terhadap takdir ALLAH subhanahu wa ta’ala

Karena kalau tidak demikian maka siapa yang memberi karunia tersebut kepada orang ini? Tentunya ALLAH subhanahu wa ta’ala, sehingga jika engkau membenci hal itu sungguh kamu telah membenci takdir ALLAH subhanahu wa ta’ala dan orang yang sudah sampai seperti ini akan sangat membahayakan agamanya karena dia hendak mensejajarkan diri dengan ALLAH subhanahu wa ta’ala dalam pengaturan dan takdir-Nya.

4. Bersedih dengan nikmat yang ALLAH anugerahkan kepada hamba-hambaNya yang lain

Setiap kali ALLAH subhanahu wa ta’ala memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya maka akan semakin berkobar api hasad dalam hatinya sehingga dia terus menerus dalam kesedihan karena nikmat ALLAH subhanahu wa ta’ala tidak terhitung jumlahnya sementara dia adalah orang yang buruk, setiap kali ALLAH subhanahu wa ta’ala memberikan karunia kepada hamba-Nya maka semakin mendidih hasad tersebut dalam hatinya sehingga membakar jiwanya.

5. Hasad akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar

Nabi subhanahu wa ta’ala bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

“Janganlah kalian saling hasad, karena hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.”(Hadits Dha’if lihat Dhaif al-Jami' 2197)

6. Menghambat seseorang untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat

Karena dia terus menerus berfirkir dan bersedih hati, bagaimana bisa orang ini mendapatkan harta, ilmu, anak, istri dan semacamnya? Sehingga senantiasa kamu jumpai dia dalam keadaan bersedih hati, jiwanya sempit dan keinginannya hanya mencari-cari kenikmatan-kenikmatan ALLAH subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya dan berduka cita karenanya.

7. Hasad hanya tumbuh dari jiwa yang buruk lagi sempit, tidak menyukai kebaikan, dan hanyalah jiwa yang rendahan yang ingin semua kebaikan menjadi miliknya.

8. Tidak mungkin untuk merubah sesuatu yang telah ditakdirkan oleh ALLAH subhanahu wa ta’ala untuk selama-lamanya
Bagaimanapun kebencian dan usaha yang dia lakukan untuk menghilangkan kenikmatan ALLAH subhanahu wa ta’ala kepada mereka karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu berbuat apapun.

9. Bisa jadi seseorang sampai kepada tingkatan penyebab penyakit ain
Orang yang menyebabkan penyakit ‘ain yang kalian namakan dengan ‘nuhut’, dialah yang membuat manusia terkena penyakit ‘ain, karena orang yang menyebabkan penyakit ‘ain pada dasarnya mempunyai jiwa yang jelek, hasad nan dengki.

Sehingga jika dia melihat sesuatu yang membuatnya kagum maka akan keluar seperti anak panah dari jiwa yang jelek ini sehingga membuat orang lain tertimpa ‘ain, makanya seseorang yang hasad dan memiliki sifat ini akan berkembang sehingga menjadi penyebab timbulnya penyakit ‘ain yang mana mereka menyakiti manusia dengan pandangan mata.

Dan tidak diragukan lagi bahwa penyebab ‘ain akan menanggung siksaan dan hukuman sesuai dengan madhorot yang dia timbakan kepada manusia, jika dia memberikan madhorot kepada harta, badan dan masyarakat mereka maka dia akan menanggung dosanya.

Oleh sebab itu banyak para ulama’ berpandangan bahwa penyebab ‘ain harus menanggung segala sesuatu yang dia rusak, yakni jika dia menyebabkan rusaknya sesuatu baik harta, anak atau yang lainnya maka dia harus menggantinya, sebagaimana mereka berpandangan bahwa orang yang sudah terkenal sebagai penyebab ‘ain maka dia harus dipenjara kecuali jika dia bertaubat, dia dipenjara supaya terhindar dari kejelekannya karena dia bisa menyakiti dan memberikan madhorot kepada manusia.

10. Mengakibatkan kaum muslimin berpecah belah

Karena seorang yang hasad di benci oleh manusia sedangkan seseorang yang hatinya baik dan suka saudara mendapatkan kebaikan sebagaimana hal itu dia sukai pada untuk dirinya, maka anda akan mendapatkannya disukai oleh manusia dan semua orang menyukainya, oleh karena itu selalu kita katakan:

“Demi ALLAH fulan ini baik, tidak ada hasad dalam hatinya dan ‘alan adalah orang yang jelek dan penuh dengan rasa hasad” atau kata-kata yang semisalnya.

Ini adalah sepuluh kerusakan yang semua ditimbulkan oleh hasad dan dengan ini kita bisa mengetahui hikmah Nabi shallALLAHu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau bersabda:

لاَ تَحَاسَدُوْا
“Janganlah kalian saling hasad”.(HR. Muslim, no. 2564)

Jika ada yang bertanya:

“Terkadang seseorang mendapatkan dalam jiwanya keinginan untuk unggul atas yang lain dalam hal kebaikan, apakah ini termasuk hasad?”

Jawabannya adalah itu bukan termasuk dari hasad bahkan itu termasuk berlomba-lomba dalam kebaikan, ALLAH subhanahu wa ta’ala berfirman,

لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ
“Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”.
(Ash-Shoffat:61)

Dan firman-Nya,
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”.(Al-Muthaffifin:26)

Apabila ada seseorang yang menyukai untuk lebih unggul dari yang lain dalam hal kebaikan maka sama sekali bukan termasuk hasad, karena hasad adalah membenci kebaikan yang ada pada orang lain.

Ketahuilah bahwa hasad mempunyai beberapa tanda, di antaranya adalah seorang yang hasad senantiasa menutupi keutamaan orang lain, jika ada orang yang berharta yang meninfakkannya untuk kebaikan berupa sedekah, membangun msjid, memperbaiki jalan, membeli kitab lalu memberikannya kepada para penuntut ilmu atau kebaikan yang lainnya maka anda mendapatkan orang yang penuh hasad, jika manusia memperbincangkan orang baik ini maka dia akan diam seolah-oleh dia tidak mendengar apapun.

Jelas orang ini mempunyai hasad karena orang yang menyukai kebaikan akan menyukai orang lain untuk mendapatkan kebaikan, makanya jika anda melihat ada seseorang membicarakan para pelaku kebaikan dengan sikap yang adil dan pujian terhadap mereka seraya menyatakan bahwa si fulan orang yang baik nan mulia maka ini menunjukkan kebaikan hatinya dan selamatnya dia dari sifat hasad, kita memohon kepada ALLAH subhanahu wa ta’ala supaya melindungi kita dari hasad, akhlaq dan amalan yang munkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

QAULAN-SADIDA.BLOGSPOT.COM

SEKOLAH YUUK..!!