Jumat, 01 Februari 2013
MITOS GUNUNG SALAK
MITOS SYIRIK GUNUNG SALAK
(Tanggapan terhadap artikel: misteri gunung Salak, burung pun bisa jatuh di atas makam Syekh)
Ja'far Shalih
Bukannya mengambil hikmah dari kecelakaan Sukhoi dengan bertobat dari kemaksiatan dan dosa, seorang “pemuka” di kaki gunung salak, desa palasari, Cijeruk malah menganjurkan makam Syekh Hasan dikukuhkan sebagai tempat ziarah. “Perlu semacam ada pengukuhan makam Syekh Hasan menjadi tempat ziarah” kata Habib Mukhsin Barakbah.
Musibah Sukhoi dan Makam Syekh Hasan
Allah yang maha bijak telah menetapkan bahwa segala sesuatu ada sebabnya. Apakah berdasarkan dalil syar’i atau kauni. Al Qur’an misalnya adalah sebab syar’i bagi kesembuhan, bagitu pula madu, habbatsauda’, air zamzam, semuanya adalah sebab kesembuhan berdasarkan dalil Al Qur’an dan hadits yang shahih. Begitu pula api yang merupakan sebab kauni untuk membakar, dan seterusnya.
Tapi hubungan sebab-akibat bisa tidak berfungsi apabila Allah menghendaki. Berapa banyak obat yang diyakini sebagai sebab kesembuhan tapi tidak berfungsi pada sebagian orang, seperti api yang tidak berfungsi ketika digunakan untuk membakar nabi Ibrahim Alaihissalam.
Maka mengimani sebab-akibat tidak merusak tauhid selagi seseorang meyakini bahwa segala sesuatunya tergantung kehendak Allah.
Lalu benarkah pesawat Sukhoi yang jatuh beberapa waktu lalu ada hubungannya dengan makam Syekh Hasan, seperti yang dikatakan oleh KH Marsa Abdullah? “Di gunung Salak ada penunggunya, jadi harus ada syarat. Jangankan pesawat, dulu burung pun jatuh kalau terbang ke gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh Hasan”.
Apa yang dikatakan Marsa ini nyata bertentangan dengan Islam, jelas tidak ada kaitan sebab-akibat antara kecelakaan pesawat dengan makam Syekh Hasan, tidak ada keterangan berupa dalil syar’i maupun pembuktian ilmiyah (kauni) dalam hal ini. Bahkan pernyataannya menunjukkan kedangkalan Marsa akan syariat Islam dan ajaran yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Marsa telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, sehingga dia pun terjatuh kepada kesyirikan.
Marsa mengatakan: “Di gunung Salak ada penunggunya...”. Ajaran yang mirip dengan keyakinan banyak orang terhadap Nyi Roro Kidul ini kembali diungkap Marsa dengan redaksi yang berbeda. Kalau Nyi Roro Kidul “penguasa laut selatan” sedangkan makam Syekh Hasan “penunggu gunung Salak”.
Padahal Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad kepada musyrikin Makkah): Milik siapakah bumi dan apa-apa yang ada padanya, apabila kalian mengetahui? Orang-orang (musyrikin) itu akan mengatakan: milik Allah. Katakan (kepada mereka): tidakkah kalian mengingat? Katakanlah (kepada mereka): siapakah yang penguasa langit yang tujuh dan penguasa ‘ary yang besar? Mereka akan menjawab: milik Allah. Katakan (kepada mereka): Tidakkah kalian bertakwa? (Qs. 23: 84-88)
Maka tidak ada penguasa semesta alam ini kecuali Allah, meski hanya sejengkal apalagi sampai segunung. Dan meyakini apa yang dikatakan Marsa dan keyakinan-keyakinan serupa merupakan kufur akbar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.
Lebih jauh lagi, apabila kita perhatikan ayat di atas dan ayat-ayat serupa di dalam Al Qur’an, kita dapati bahwa orang-orang jahiliyah dahulu (musyrikin Quraisy) ternyata lebih mendapat petunjuk daripada Marsa yang bergelar Kyai. Orang-orang musyrikin dahulu mengakui hanya Allah Ta’ala penguasa tunggal alam semesta, sedangkan orang-orang seperti Marsa masih meyakini ada selain Allah yang ikut menguasai, ikut menjaga atau menunggui sebagian dari bumi Allah ini?! Apa Marsa tidak membaca firman Allah Ta’ala yang mengatakan; “Katakanlah (kepada orang-orang musyrik itu): Di tangan siapakah kerajaan segala sesuatu, sedangkan Dia melindungi dan tidak ada seorang pun bisa berlindung dari (siksa)nya, apabila kalian mengetahui? Mereka (musyrikin Quraisy) itu akan menjawab: Milik Allah. Katakan (kepada mereka): Maka bagaimana kalian bisa dipalingkan? (Qs. 23: 89)
Pak Kyai juga bilang: “Jangankan pesawat, dulu burung pun jatuh kalau terbang ke gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh Hasan”.
Ada dua kemungkinan disini, Marsa telah berdusta atau Allah ingin menyesatkan orang-orang seperti Marsa. “Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) dari pada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan didunia dan diakhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. (QS. 5:41)
Padahal cukup bagi orang yang diberi akal sehat untuk tidak percaya bualan Marsa dan orang yang sepertinya, yaitu peristiwa yang menimpa sebuah makam dengan batu nisan bertuliskan Raden KH Moh Hasan bin R KH Bahyudin Praja Kusuma (Mbah Gunung Salak), yang berada di dekat lokasi Sukhoi naas, diberitakan telah rusak tertimpa logistik dari Super Puma.
Maka bagaimana bisa makam yang tidak dapat menolak kerusakan yang menimpa dirinya diyakini mampu menimpakan musibah dan bencana kepada orang lain?! Sungguh kecelakaan Sukhoi adalah musibah yang besar bagi keluarga yang ditinggal, tapi musibah yang keluar dari mulut Kyai Marsa dan Habib Barakbah jauh lebih besar.
(Tulisan ini saya buat di atas asumsi apa yang ditulis wartawan Tribun Jakarta edisi Pagi, Selasa 15 Mei 2012 adalah benar) –
=========
ahlussunnah Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar