Rabu, 01 Agustus 2012
ADAB-ADAB PUASA
Ustadz Abu Yahya Marwan Bin Musa
ADAB-ADAB BERPUASA :
1. Makan sahur dan mengakhirkannya, habis waktu makan sahur adalah dengan terbitnya fajar shadiq, tidak dengan tibanya waktu yang diistilahkan oleh orang-orang dengan “Imsak”, hal ini adalah bid’ah.
2. Menjaga diri dari perbuatan sia-sia dan berkata kotor, berkata dusta, berbuat ghibah (gosip) dan namimah (mengadu domba), demikian juga menjaga diri dari bersikap bodoh dan berteriak-teriak, serta menghindari maksiat seperti memberikan persaksian palsu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لمَ ْيَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْس ِللهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak mau meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak lagi butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
3. Menundukkan pandangan.
4. Bersikap dermawan.
5. Shalat taraawih, lebih utama dilakukan bersama imam secara berjama’ah hingga selesai, karena akan dicatat untuknya shalat seperti semalaman suntuk.
6. Memperbanyak membaca Al Qur’an.
7. Menyegerakan berbuka.
8. Berbuka dengan kurma dalam jumlah ganjil, jika tidak ada dengan air.
9. Berdoa ketika berbuka seperti dengan doa berikut,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ اْبتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلاَ جْرُ اِنْ شَاء َاللهُ
“Telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan dan semoga pahala tetap didapat Insya Allah.”
Doa ini dibaca setelah berbuka, jangan lupa ketika hendak makan membaca “Bismillah”. Jika lupa, ucapkanlah “Bismillah fii awwalihi wa aakhirih” dan makanlah dengan tangan kanan.
Apabila kita berbuka di rumah orang lain dianjurkan mengucapkan,
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Orang-orang yang berpuasa berbuka di sisimu dan orang-orang yang baik memakan makananmu, serta semoga malaikat mendoakanmu agar kamu diberi rahmat."
9. Beri’tikaf, lebih utama I’tikaf dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
I’tikaf terlaksana dengan seseorang tinggal di masjid berniat i’tikaf baik lama atau hanya sebentar, dan ia akan mendapatkan pahala selama berada di dalam masjid.
Bagi yang beri’tikaf boleh memutuskan atau membatalkan i’tikafnya kapan saja ia mau, jika ia sudah keluar dari masjid lalu ia hendak beri’tikaf lagi, maka ia pasang niat lagi untuk beri’tikaf.
Ia pun hendaknya mencari malam lailatul qadr dalam I’tikafnya di malam-malam yang ganjil (meskipun mencari lailatul qadr tidak mesti harus beri’tikaf).
Hendaknya orang yang beri’tikaf memanfaatkan waktunya yang ada dengan sebaik-baiknya seperti memperbanyak dzikr (baik yang mutlak maupun yang muqayyad), membaca Al Qur’an, mengerjakan shalat-shalat sunnah serta memperbanyak tafakkur tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan yang akan datang serta memperbanyak merenungi hakikat hidup di dunia dan kehidupan di akhirat kelak.
Dan hendaknya ia hindari perbuatan yang sia-sia seperti banyak bercanda, ngobrol dsb. Tidak mengapa bagi orang yang beri’tikaf keluar jika tidak dapat tidak harus keluar (seperti buang air, makan dan minum ketika tidak ada yang mengantarkan makan untuknya, pergi berobat, mandi dsb).
Aisyah berkata, “Sunnahnya bagi yang beri’tikaf adalah tidak menjenguk orang yang sakit, tidak menyentuh wanita, memeluknya, tidak keluar kecuali jika diperlukan, dan i’tikaf hanya bisa dilakukan dalam keadaan puasa, juga tidak dilakukan kecuali di masjid jaami’ (masjid yang di sana dilakukan shalat Jum’at dan jama’ah).”
Lebih sempurna lagi bila dilakukan di salah satu dari tiga masjid yang memiliki keistimewaan dibanding masjid-masjid yang lain (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha). Dan I’tikaf menjadi batal ketika seseorang keluar dari masjid tanpa suatu keperluan serta karena berjima’.
Doa ketika mengetahui lailatul qadr adalah,
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pema’af, maka ma’afkanlah aku.”
Sedangkan waktu I’tikaf yang utama dimulai setelah shalat Subuh hari pertama dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan dan berakhir sampai matahari tenggelam akhir bulan Ramadhan.
10. Ber’umrah, keutamaannya adalah seperti berhajji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
11. Dan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah dan amal shalih lainnya. Termasuk di antaranya memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئاً
“Barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahihul Jaami’ 6415).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Article's :
-
▼
2012
(144)
-
▼
Agustus
(15)
- MUQADDIMAH
- ADAB-ADAB PUASA
- RENUNGAN RAMADHAN MENUJU PENGAMPUNAN
- HUBUNGAN INTIM DIBULAN RAMADHAN DAN TIPS'NYA
- AL QUR'AN PENYEJUK HATIKU
- TIDAK PUASA DIBULAN RAMADHAN..?!?!
- KEISTIMEWAAN RAMADHAN
- AMALAN 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN
- PAHALA UMRAH DI BULAN RAMADHAN
- MISTERI LAILATUL QADAR
- SYARIAT ZAKAT FITHRAH
- HIKMAH ZAKAT FITHRAH
- IDUL FITHRI YANG DINANTI
- TUNTUNAN IDU FITHRI
- PUASA SYAWAL
-
▼
Agustus
(15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar