Selasa, 01 Mei 2012
BERSYUKURLAH PADA ALLAH
Ustadz Abu Yahya Marwan Bin Musa
Bersyukurlah Kepada Allah!
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ، فَكَأنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
"Barang siapa yang pada pagi harinya aman, sehat badannya, dan pada sisinya ada makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia beserta segala isinya diberikan kepadanya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Albani)
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada kita, bahwa barang siapa yang keadaannya aman, badannya sehat, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia beserta isinya telah diberikan kepadanya. Dari sini kita mengetahui besarnya nikmat keamanan, besarnya nikmat kesehatan, dan besarnya nikmat memiliki bahan pangan. Dan saat ini kita tengah merasakannya.
Bayangkan jika nikmat keamanan dicabut dari kita seperti yang dirasakan saudara-saudara kita di beberapa negara yang hari-harinya penuh dengan perang dan pertumpahan darah, tentu kita tidak akan merasakan ketenangan dalam hidup.
Bayangkan pula jika nikmat kesehatan itu dicabut dari kita, badan kita demam, kepala kita pusing, fisik kita lemah, tentu nikmatnya hidup menjadi berkurang.
Dan bayangkan pula jika nikmat memiliki bahan pangan dan kecukupan dicabut dari kita sehingga kita merasakan kelaparan dan kekurangan seperti yang dialami saudara-saudara kita kaum muslim di Somalia dan negeri lainnya, tentu nikmatnya hidup menjadi kurang terasa. Maka bersyukurlah kepada Allah Azza wa Jalla atas semua nikmat itu; nikmat keamanan, nikmat kesehatan, dan nikmat kecukupan…
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ, ورُزِقَ كَفَافًا, وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ"
"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan diberikan oleh Allah sifat qana'ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya." (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
APAKAH ITU SYUKUR
Syukur adalah sebuah kata yang penuh dengan kebaikan. Ia akan menjaga nikmat itu, mengembangkannya dan menambahkannya. Syukur maksudnya mengakui bahwa semua nikmat yang kita rasakan berasal dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala, Dia berfirman,
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)," (An Nahl: 53)
Oleh karena itu, janganlah kita sandarkan nikmat-nikmat itu kepada selain-Nya, seperti menyandarkan kekayaan karena kepandaian kita dalam berbisnis, menyandarkan kesuksesan karena kehebatan kita, menyandarkan turunnya hujan karena bintang ini dan bintang itu, tahun ini dan tahun itu, dan lain sebagainya. Dan termasuk tidak bersyukur adalah apa yang dilakukan sebagian orang yang tinggal di pelosok berupa mempersembahkan sesaji ke laut atau ke tempat lainnya ketika mereka mendapatkan kemakmuran dan mendapatkan hasil panen yang banyak dari tanaman mereka. Ini merupakan syirk dan sikap kufur nikmat yang besar.
Demikian juga tidak termasuk bersyukur kepada Allah, ketika kita membanggakan nikmat-nikmat itu di hadapan hamba-hamba-Nya sambil menyombongkan diri.
Syukur juga adalah menyebut nama pemberi nikmat dan memuji-Nya, yaitu Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, setelah Allah Subhaanahu wa Ta'ala menyebutkan nikmat-Nya yang paling besar, yaitu diutus-Nya Rasul kepada kita dan diturunkan kitab-Nya agar kita tidak tersesat dan dapat berbahagia di dunia dan akhirat, maka Dia menyuruh kita menyebut nama-Nya, Dia berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (Terj. QS. Al Baqarah: 152)
Dengan demikian, hendaknya kita mengingat dan menyebut nama Allah serta memuji-Nya ketika mendapatkan nikmat. Kita sandarkan nikmat itu kepada-Nya sambil memuji-Nya.
BENTUK-BENTUK SYUKUR
Dan termasuk cara bersyukur pula di samping memuji-Nya adalah dengan melakukan sujud syukur. Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Bakrah,
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ «إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ»
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau apabila mendapatkan sesuatu yang menggembirakan atau diberikan kabar gembira, maka Beliau tersungkur sujud kepada Allah. (Dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 4701)
Demikian juga dengan menampakkan bekas nikmat itu pada diri kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
"Sesungguhnya Allah suka melihat bekas nikmat-Nya kepada hamba-Nya." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1887)
Berterima kasih kepada manusia atas kebaikan mereka termasuk syukur
Perlu diketahui, bahwa termasuk bersyukur pula kepada Allah adalah berterima kasih kepada manusia atas kebaikan mereka. Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اَلتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَ تَرْكُهَا كُفْرٌ وَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ الْقَلِيْلَ لاَ يَشْكُرُ الْكَثِيْرَ وَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللهَ وَ الْجَمَاعَةُ بَرَكَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur, meninggalkannya adalah kufur. Barang siapa tidak bersyukur terhadap yang sedikit, maka dia tidak akan bersyukur kepada yang banyak. Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah. Berjamaah adalah berkah, sedangkan berpecah adalah azab.” (HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 3014)
Di antara bentuk berterima kasih kepada manusia adalah membalasnya, mendoakannya, menyebutnya, dan memujinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ
“Barang siapa yang memberikan hal yang baik kepada kamu maka balaslah setimpal dengannya, jika kamu tidak dapat membalasnya, maka doakanlah untuknya.” (HR. Thabrani, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5937)
مَنْ أُبْلِيَ بَلَاءً فَذَكَرَهُ، فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ
"Barang siapa yang diberi sebuah nikmat, lalu ia menyebut orang yang memberi, maka ia telah bersyukur kepadanya dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka ia telah kufur." (HR. Abu Dawud dan Adh Dhiyaa', dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5933)
Bagian dari syukur yang tidak terpisahkan
Termasuk syukur kepada Allah Ta'ala di samping mengakui nikmat itu berasal dari-Nya dan memuji-Nya adalah mengerjakan perintah-perintah Allah yang memberi nikmat dan menjauhi larangan-Nya.
Nikmat yang Allah berikan kepada kita begitu banyak. Jika sekiranya, kita mau menghitungnya satu-persatu, niscaya kita tidak akan sanggup menghitungnya. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur kepada-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Di antara perintah-Nya adalah beribadah hanya kepada-Nya, mendirikan shalat yang lima waktu dan melaksanakannya dengan berjamaah, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, berbakti kepada orang tua, bersedekah, berbuat baik kepada orang lain dan tetangga, menyambung tali silaturrahim, memberikan santunan kepada kerabat, orang miskin, ibnus sabil (musafir yang kehabisan bekal), dan anak yatim, berkata jujur, memenuhi janji, menunaikan amanah, dan menjalankan perintah-perintah Allah lainnya.
Sedangkan di antara larangan-Nya adalah syirk, meninggalkan shalat, durhaka kepada orang tua, memakan riba, berzina, memutuskan tali silaturrahim, enggan memberikan santunan (bakhil), berkata dusta, ingkar janji, tidak amanah dan sebagainya.
Jika kita belum melaksanakan perintah Allah dan belum menjauhi larangan-Nya, maka berarti kita belum bersyukur.
Saudaraku, inginkah nikmat-nikmat yang kita rasakan ini dipelihara oleh Allah dan ditambah-Nya, dan tidak dicabut-Nya nikmat itu dari kita?
"Bersyukur," itulah caranya. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يَحِبُّ وَ هُوَ مُقِيْمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
"Jika engkau melihat Allah Ta'ala memberikan kesenangan dunia kepada seorang hamba yang ia sukai, sedangkan ia tetap di atas kemaksiatannya, maka hal itu adalah istidraj (penangguhan azab) dari-Nya." (HR. Ahmad, Thabrani dalam Al Kabir, dan Baihaqi dalam Asy Syu'ab, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 561)
Saudaraku, termasuk syukur juga adalah kita menggunakan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita untuk ketataan kepada-Nya, bukan untuk kemaksiatan.
Oleh karena itu, sudahkah kita sisihkan harta kita untuk disedekahkan; untuk membantu saudara kita yang kekurangan, untuk membantu mujahid fii sabilillah, untuk pembangunan masjid dan madrasah, dan proyek-proyek kebaikan lainnya. Sudahkah kita gunakan kendaraan kita untuk membantu saudara kita, dan untuk menghadiri majlis ilmu, dan sudahkah kita gunakan kenikmatan lainnya untuk ketataan kepada-Nya?
Saudaraku, termasuk tidak bersyukur jika nikmat-nikmat itu kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah, seperti menggunakan kendaraan kita ke diskotik, ke tempat-tempat hiburan (maksiat), dan ke tempat-tempat kemaksiatan lainnya. Demikian juga termasuk tidak bersyukur apa yang dilakukan oleh sebagian kaum wanita yang melepas jilbabnya dan menampilkan keindahan tubuhnya di hadapan masyarakat, karena hal itu sama saja menggunakan nikmat itu untuk maksiat kepada-Nya. Suaminya yang meridhai istrinya melakukan demikian adalah dayyuts yang diancam Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak masuk surga, dan orang tua yang membiarkan puterinya berbuat seperti itu adalah orang tua yang buruk yang membiarkan puterinya celaka.
BALASAN BAGI ORANG YANG BERSYUKUR
Banyak keutamaan yang akan diperoleh bagi orang yang bersyukur. Di antaranya:
1. Mendapatkan keridhaan Allah.
Allah Ta'ala berfirman, "Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu." (Terj. QS. Az Zumar: 7)
2. Allah akan menjaga nikmat itu dan menambahkannya.
Dalil terhadap masalah ini adalah surat Ibrahim ayat 7 yang telah disebutkan sebelumnya.
3. Allah akan memberikan keberkahan kepadanya.
Disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa ada seorang sedang berada di tanah lapang tiba-tiba ia mendengar suara di awan yang bunyinya, “Siramilah kebun si fulan.” Maka awan itu bergeser dan menurunkan airnya ke tanah berbatu hitam sehingga salah satu selokan di antara selokan yang ada penuh berisi air, maka ia menelusuri ke mana air mengalir, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya yang memindahkan air dengan sekopnya, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?” Ia menjawab, “Fulan.” Sesuai nama yang didengarnya di awan. Lalu orang itu kembali bertanya, “Wahai hamba Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku?” Ia menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang di sinilah airnya (dialirkan) bunyinya, “Siramilah kebun si fulan,” menyebut namamu. Memangnya, apa yang engkau lakukan dengan kebunmu?” Ia menjawab, “Jika kamu bertanya begitu, maka sesungguhnya aku memperhatilkan hasil dari kebun ini, sepertiganya aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga lagi aku kembalikan ke kebun.”
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar