Radio Rodja 756AM

Jumat, 01 Juli 2011

MAKAN-MAKAN SYA'BAN


SYAIKH IBNU UTSAIMIN rahimhullah

Ada Sebagian Orang Membuat Makanan Pada Hari Nisfu Sya’bân Dan Membagikannya Kepada Fakir Miskin.

Ini yang mereka namakan ‘asyiyâtul wâlidain. Perbuatan ini juga TIDAK ADA DASARNYA dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Sehingga mengkhususkan amalan ini pada nisfu Sya’bân termasuk amalan baru didalam agama (Bid’ah) yang telah diperingatkan oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dengan sabda Beliau, ”Semua bid’ah itu sesat.”

Ketahuilah, orang yang membuat kebid’ahan dalam agama Allâh Ta'ala ini berarti dia telah terjerumus dalam beberapa larangan :
a. Perbuatannya menyiratkan pendustaan terhadap kandungan firman Allâh Ta'ala, yang artinya

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu.” (Qs al-Maidah/5:3).
Karena apa yang dibuat-buat ini dan diyakini sebagai bagian dari agama ini tidak termasuk agama ketika agama ini diturunkan. Dengan demikian, ditinjau dari kebid’ahan ini berarti agama itu belum sempurna (sehingga perlu disempurnakan-red)

b. Membuat-buat suatu yang baru menyiratkan kelancangan terhadap Allâh dan rasulNya.

c. Orang yang membuat-buat suatu yang baru berarti ia memposisikan dirinya sama dengan Allâh Ta'ala dalam menghukumi manusia. Allâh berfirman, yang artinya,
“Apakah mereka mempunyai sembahan - sembahan selain Allâh yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allâh ?” (Qs as-Syuura [42] : 21)

d. Membuat-buat suatu baru berkonsekuensi satu diantara dua. Yang pertama, Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam tidak tahu bahwa amalan ini bagian dari agama dan kedua, Nabi tahu namun Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menyembunyikannya. Kedua anggapan ini adalah celaan kepada Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam karena yang pertama menuduh Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam tidak tahu syari’at dan kedua menuduh Beliau menyembunyikan bagian dari agama Allâh yang Beliau ketahui.

e. Kebid’ahan menyebabkan manusia berani terhadap syari’at Allâh Ta'ala. Ini sangat dilarang oleh Allâh Ta'ala.

f. Kebid’ahan ini akan memecah belah umat. Karena masing-masing membuat manhaj sendiri dan menuduh yang lain masih kurang. Ini akan menyeret umat kedalam apa yang dilarang Allâh Ta'ala dalam firman-Nya, yang artinya,
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang berceraiberai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orangorang yang mendapat siksa yang berat," (Qs Ali Imrân [3] : 105)

dan dalam firman-Nya, yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolonggolong, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allâh, kemudian Allâh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Qs al-An’âm [6] : 159)

g. Kebid’ahan ini membuat pelakunya tersibukkan sehingga meninggalkan suatu yang disyariatkan. Para pembuat bid’ah itu, tidaklah membuat suatu kebid’ahan kecuali pada saat yang sama dia telah menghancurkan syariat yang sepadan dengannya.

Sesungguhnya apa yang tercantum dalam kitabullah dan sunnah yang shahih itu sudah cukup bagi orang-orang yang mendapat hidayah dari Allâh Ta'ala.

Allâh Ta'ala berfirman,
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, “Dengan kurnia Allâh dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira dengannya. karuniaa Allâh dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Qs Yûnus/10:57-58)

Dalam ayat lain Allâh Ta'ala berfirman, yang artinya,
“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Qs Thaha [20] : 123)

Akhirnya saya memohon kepada Allâh Ta'ala agar senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dan kepada saudara-saudara kita kaum Muslimin menuju shirâtul mustaqîm dan saya memohon kepada Allâh Ta'ala agar senantiasa menolong kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allâh Maha Dermawan dan Maha Pemurah.

Dari sini jelaslah bagi kita, bid’ah atau perkara – perkara yang diada-adakan didalam agama ini sangatlah berbahaya. Dan semua amal khusus pada malam nisfu sya'ban baik itu puasa maupun shalat. adalah amalan yang baru yang tidak ada dasarnya didalam agama ini. Maka hendaklah seorang muslim, mengecek lagi amalan yang dia lakukan. Ada Dasarnya atau Tidak Didalam Agama ini…?

Sesungguhnya kita sudah dicukupkan dengan al-Quran dan as-Sunnah yang Shahih. Tidak perlu lagi tambahan dan tidak perlu lagi pengurangan.

Kami nasehatkan kepada pembaca –semoga Allah merahmati dan menjaga kita untuk selalu berhati – hati terhadap bid’ah. Karena pelaku bid’ah tidak akan diterima tobatnya sampai dia meninggalkan bid’ah nya. Dan bid’ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada Maksiat. Kenapa…?

Karena orang yang melakukan maksiat, dia tahu bahwa yang dia lakukan itu adalah maksiat. Dan ada kemungkinan dia akan bertobat. Adapun orang yang melakukan bid’ah, dia menganggap amalan yang dia lakukan itu adalah baik dan disyariatkan. Padahal hal itu adalah perkara yang baru didalam agama. Maka dari itu, tobat nya tertunda sampai dia meninggalkan bid’ah itu, maka dari itu bid’ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada Maksiat. Maka perhatikan masalah ini wahai saudara ku semoga Allah merahmati mu dan menjaga mu dari Bid’ah dan Kesyirikan.

Perhatikan wahai saudara ku, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini :
“Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah (Qs:al An’aam :116)

Maka janganlah engkau beramal karena ikut – ikutan tanpa tau dasarnya. Karena engkau bias tersesat, tanpa engkau sadari. Semoga Allah merahmati mu. Akan tetapi ikutilah Apa yang Allah dan Rasulnya ajarkan kepada kita. Semoga Allah merahmati kita semua nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Article's :

QAULAN-SADIDA.BLOGSPOT.COM

SEKOLAH YUUK..!!